Jadi, bagaimana sih keseharian para homeschoolers? Boleh
ngintip dong….
Ada aja lho yang penasaran, hehehe. Tapi memang ya, di
awal-awal homeschooling saya juga suka penasaran kepingin kepoin keluarga lain,
ngapain aja sih sehari-harinya. Kegiatan saya udah bener belum? Saya udah ada
di track yang benar atau salah?
Padahal ya Gaes, nggak ada yang salah atau benar dalam kegiatan homeschooling. Selama kita melakukannya penuh kesadaran dan kita terus berlatih untuk menjalani kehidupan sesuai pakem-pakem kehidupan yang kita anggap prinsip.
Kalau saya sebagai muslim, tentunya menganggap aktivitas
yang sudah berada di jalan yang benar adalah apabila saya sudah melakukan
hal-hal yang Allah ridhai dan menjauhi hal-hal yang Allah tidak sukai. Begitu
juga dengan aktivitas bersama anak, karena sejauh yang saya jalani, kegiatan homeschooling
kami paling banyak adalah tentang menjalani keseharian sebagai seorang muslim
sebaik yang kami mampu.
Yang kalau saya paparkan lebih detil, mungkin masih dalam
ukuran standar dan belum sebaik teman-teman. Karena kami memang masih menapaki
jalan secara perlahan dengan target yang masih belum banyak.
Di blog ini, mungkin teman-teman sempat membaca artikel yang
berkaitan dengan agenda keseharian anak-anak yang saya tulis bertahun-tahun
lalu. Dan sejak itu, saya belum pernah lagi meng-update agenda keseharian
anak-anak. Baru dalam tulisan ini saya ingin share sedikit kegiatan anak-anak
saya, Nau dan Kayy di usia mereka yang sudah di belasan tahun.
Ah, sebetulnya saya malu. Sungguh, kegiatan anak-anak tuh
sebetulnya nggak sibuk-sibuk banget. Hanya ada rutinitas khusus di pagi hari
yang kami lakukan bersama, sisanya anak-anak saya beraktivitas sesuai dengan
keinginan mereka. Mengerjakan project masing-masing.
Sebagaimana saya tulis dalam artikel sebelumnya: BagaimanaMemulai Homeschooling bagi Pemula, saya menuliskan beberapa nilai utama yang
kami jadikan pegangan dalam menyusun agenda keseharian, antara lain:
1. Membangun kebiasaan baik
Membangun kebiasaan baik bukanlah pekerjaan yang mudah
semudah membalikkan telapak tangan. Untuk satu kebiasaan baik saja, kadang
harus melalui proses yang panjang dan jatuh bangun. Misalnya, yang saat ini
saya masih struggling adalah membuat salah satu anak saya bisa bangun subuh
tanpa dibangunin. Wuiiiih, susahnya bukan main. Saat Ramadhan kemarin, dia
berhasil sih, bangun dengan bantuan jam weker di waktu yang ditentukan. Pasca
Ramadhan, kembali susah nih. Jadi kami masih berjuang.
Kebiasaan-kebiasaan baik itu dibangun harus penuh komitmen dan konsistensi. Ini yang kemudian menjadi satu pegangan kami dalam membuat jadwal harian, yang nanti akan saya share ya.
2. Membentuk fikroh/pola pikir Islami & membangun karakter
Memahami tentang bagaimana sebuah pola pikir terbentuk,
kayaknya kok PR banget ya. Karena pengalaman yang saya alami sendiri, saya
merasakan ini adalah proses yang luar biasa lama. Tahapannya dimulai dari
pemahaman tentang adab, lalu masuk ke ilmu. Ketika kita sudah punya ilmunya,
belum tentu ilmu ini langsung menjadi amal. Kembali butuh proses pengolahan
data dalam hati dan otak kita untuk mengunyah ilmu ini agar bisa mendorongnya
menjadi satu aksi, apalagi menjadi kebiasaan baik.
Kalau ilmu ini sudah bisa menjadi kebiasaan baik, sehingga
bisa mengubah karakter seseorang, bisa mengubah kecenderungan, hobby dan
selera, maka inilah yang bisa disebut: pola pikir atau fikrohnya sudah
terbentuk.
Sehingga agar proses ini bisa tercapai, saya memasukkannya
ke dalam agenda keseharian dalam bentuk memberikan nasihat, diskusi dan
lagi-lagi membangun kebiasaan baik.
Tantangan beratnya adalah: sebelum anak, orangtua harus
sudah benar dulu fikrohnya, bukan? Artinya agar kita bisa membangun fikroh
anak, orangtuanya harus lebih dulu atau minimal bersama-sama berusaha menjalani
proses yang sama. Di sinilah ada kegiatan yang kami lakukan bersama-sama,
belajar bersama-sama dan tumbuh bersama-sama.
Kegiatan yang kami rancang, bentuknya adalah kegiatan bersama. Insyaallah akan saya detilkan juga kemudian.
3. Belajar untuk persiapan hidup (lifeskill) dan sesuai
dengan passion
Untuk menjalani proses ini, kami coba dengan membiarkan
anak-anak mendalami passion mereka dan belajar dengan cara yang mereka sukai.
Nggak benar-benar membebaskan juga, tapi ada beberapa materi yang saya “titip”
agar mereka pelajari sambil memberikan pemahaman kenapa pelajaran ini penting.
Ada alasan yang perlu kita sampaikan pada mereka, bahwa apa
yang mereka pelajari ini kelak akan bermanfaat untuk hidup mereka di masa depan
ketika kami, orangtua mereka, sudah nggak lagi mendampingi keseharian mereka.
Dari sini, ada pelajaran kemandirian dalam beberapa poin.
Misalnya, kemandirian dalam mengatur urusan pribadi,
kemandirian dan tanggung jawab menjaga rumah dan isinya, kemandirian ketika
berada di luar rumah, kemandirian finansial (ini masih berupa latihan membuat
project yang bisa menghasilkan uang dan latihan konsep-konsep keuangan),
kemandirian dalam ibadah (beribadah dengan sukarela, tanpa diingatkan, terutama
untuk ibadah-ibadah sunnah), dan sebagainya.
Semuanya masih jatuh bangun, belum settled juga. Dalam
keseharian, semuanya dilatih pelan-pelan, satu persatu dalam waktu yang nggak
bersamaan agar anak-anak nggak burned out. Karena kami berharap mereka bisa
konsisten dalam satu hal dahulu, baru latihan ke hal lainnya.
Insyaallah akan saya share juga.
Nah, tiga hal inilah yang menjadi pegangan kami dalam mengatur jadwal keseharian di rumah. Kalau saya tuliskan dalam bentuk agenda keseharian, kira-kira seperti ini:
*Morning Routine (Subuh – Dhuha)*
– Bangun pagi,
shalat Subuh berjamaah, mendengarkan tilawah + terjemah Al Qur’an (dijadwalkan
bergiliran), tilawah masing-masing, kajian pagi (semua mendapat giliran memberi
kultum).
– Olahraga,
mengecek tanaman di kebun, sarapan masing-masing, chores (bantu pekerjaan
rumah)
– Dhuha (belum
konsisten), setelah itu anak-anak kadang tertidur lagi 😉
*Antara Dhuha – Ashar*
– Mengerjakan
project, baca buku, belajar, waktu bebas
*Ba’da Ashar*
– Dzikir sore,
menghapal Al-qur’an, latihan piano
*Maghrib – menjelang tidur*
– Shalat maghrib
berjamaah, tilawah, setor hapalan, masak-masak bareng, lanjut makan malam
bersama
– Ba’da Isya bebas,
family time (kalau ada diskusi-diskusi biasanya waktunya di sini), nonton TV
(kami penggemar movies, ehehe)
– Skin care time (hahahaha)
Rutinitas kami masih dibilang sederhana. Yang berlangsung
lebih teratur biasanya kegiatan pagi (ba’da subuh – dhuha) dan kegiatan maghrib
– menjelang tidur. Selain itu, jadwalnya lebih fleksibel karena anak-anak punya
kegiatan pekanan, seperti olahraga ke gym (sebelum masa karantina), mengaji
tahsin bersama ustadz (sekarang dilakukan online) dan beberapa les.
Kami mengutamakan kegiatan rutin di pagi hari dan malam,
karena ini adalah waktu terbaik ketika kami bisa kumpul semua. Jadi sebisa
mungkin kami mencoba konsisten di kedua waktu ini.
Nah, begitulah gambaran agenda keseharian kami yang masih
seadanya, belum sekeren teman-teman karena keterbatasan ilmu saya dan suami
yang masih belajar. Semoga bisa diambil manfaatnya ya.
No comments
Show me that you visited this blog. Thanks!