Berbagai Alasan Memilih Homeschooling


Pemahaman orang-orang mengenai homeschooling hingga saat ini masih sangat beragam. Apalagi seiring dengan menjamurnya lembaga belajar yang menyediakan metode belajar informal menggunakan kurikulum sekolah dan menamakannya HOMESCHOOLING, semakin meminggirkan makna homeschooling yang sejak awal dibangun oleh inisiatornya. 

Banyak orangtua yang kemudian mengeluarkan anak-anaknya dari sekolah formal dan memindahkannya ke lembaga belajar informal ini untuk belajar namun dengan kurikulum yang lebih fleksibel dan cair. Apalagi sejak pandemi, pilihan ini mengerucut menjadi sistem belajar online, yang lebih-lebih fleksibel lagi. 

Apa yang kemudian membuat sistem belajar ini melenceng dari spirit homeschooling? Sesuai bahasa dan makna yang sejak awal dipahami bahwa di dalam homeschoolinga orangtua terlibat langsung dan menjadi fasilitator utama pendidikan anak-anaknya. Namun pergeseran makna terjadi ketika anak-anak masuk ke lembaga pendidikan bertajuk homeschooling, dimana banyak orangtua menyerahkan seluruh mekanisme pendidikan kepada lembaga-lembaga ini. Bahkan ada yang tidak terlibat sama sekali, atau bahkan tidak tahu anaknya melakukan apa saja di keseharian mereka. 

Semua kembali ke value masing-masing keluarga, sih. Hanya saja, spirit homeschooling ini menjadi berkurang. Karena ketika orangtua bukanlah fasilitator utama pendidikan anak-anaknya, maka homeschooling ini menjadi bergeser maknanya. 

Baiklah, kembali ke tema awal....tentang alasan memilih homeschooling. Namun sebelumnya, saya ingin menyamakan dahulu persepsi kita, bahwa yang akan kita bahas di sini adalah tentang menjadi homeschoolers yang berbasis keluarga. Boleh saja memasukkan anak-anak ke flexy school, atau lembaga homeschooling, selama orangtua masih menjadi pemeran utama mengondisikan anak-anaknya dan melakukan evaluasi terhadap pendidikan anak-anak. 

Bagi keluarga kami, alasan memilih homeschooling pernah saya tuliskan di postingan berikut: "Kenapa Memilih Homeschooling". Yang ingin saya tuliskan dalam postingan ini adalah tentang alasan yang mungkin tercetus di keluarga praktisi lain, yang bisa jadi sebagiannya sama dengan alasan kami juga.

 

Alasan Memilih Homeschooling Para Praktisi Homeschooling 

1. Tidak setuju dengan sistem pendidikan formal

Ini yang paling banyak saya temukan di kalangan praktisi. Mereka merasa pendidikan di sekolah tidak bisa memenuhi ekspektasi mereka dan tidak sesuai dengan kebutuhan anak-anaknya. Bisa jadi karena sekolah yang sesuai ekspektasi ini tidak terjangkau oleh keluarga mereka. Misalnya karena jarak terlalu jauh, biaya terlalu mahal, dan lain-lain. 

Memang tidak ada sekolah yang sempurna. Homeschooling pun demikian, belum tentu bisa memenuhi ekspektasi juga. Namun semuanya adalah pilihan. Mana yang menurut keluarga tersebut paling mungkin dijalani dan diantisipasi kekurangannya. 


2. Ingin mendidik anak  sesuai dengan value keluarga

Cukup banyak juga keluarga praktisi yang saya kenal yang memegang alasan ini. Biasanya, mereka memang sudah merencanakan menjadi homeschoolers sejak lama, karena ingin menanamkan satu pondasi kuat atas prinsip yang keluarga tersebut miliki. Biasanya prinsip ini berkaitan dengan pondasi keimanan keluarga. 


3. Ingin fokus pada minat dan bakat anak

Tidak sedikit orangtua yang merasa pendidikan akademis bukanlah goal utama bagi anak-anaknya. Mereka ingin memberikan ruang yang lebih besar bagi anak-anak menekuni hal-hal yang mereka minati ketimbang mempelajari semua materi belajar seperti di sekolah. 


4. Menyesuaikan dengan kondisi keluarga

Ada satu keluarga yang sering sekali berpindah tempat karena pekerjaan sang ayah. Sehingga menimbang bahwa pindah sekolah akan menyebabkan anak-anak stress atau kelelahan dalam beradaptasi. Apalagi jika di tempat barunya nanti belum tentu menemukan sekolah yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Akhirnya mereka memilih homeschooling sebagai metode mendidik anak-anaknya. 

Atau misalnya karena kondisi ekonomi keluarga yang tidak memungkinkan. Sementara dengan homeschooling mereka lebih bisa menyesuaikan apa yang dibutuhkan dengan kemampuan finansial keluarga. 


5. Orangtua yang senang mendidik anak-anaknya langsung dan punya banyak ide

Ya, ini juga banyak ditemukan. Daripada dia bekerja menjadi guru dan mendidik anak-anak lain, kenapa tidak mendidik anaknya sendiri, dan mendapat banyak keuntungan dalam mendidik anak sekaligus parenting. Apalagi di usia dini dan masa pendidikan dasar, dimana membentuk bonding yang baik antara anak dan orangtua adalah satu cara meletakkan karakter yang baik.

Anak membutuhkan role model. Dan role model yang paling banyak dilihat anak adalah orang yang paling sering berinteraksi dengannya. Orangtua yang ingin mendidik anaknya secara langsung pasti juga senang belajar dan ingin memperbaiki dirinya agar bisa menjadi role model yang baik. 


Kelima alasan di atas merupakan alasan terbaik yang mungkin bisa saya pikirkan dan bisa jadi menjadi langkah awal agar homeschooling bisa berjalan dengan baik. Dengan memiliki alasan yang fundamental tentang pendidikan, tentunya perjalanan homeschooling juga akan lebih terarah karena kita tahu langkah apa yang akan disusun dan apa tujuan akhir pendidikan anak-anak. 

Namun tidak menutup kemungkinan ada alasan-alasan lain yang melatarbelakangi seseorang memilih homeschooling, seperti:

- Anak korban bullying, sehingga takut sekolah

- Orangtua bermasalah dengan guru, sehingga mempengaruhi aktivitas anak

- Anak bermasalah dengan guru, sehingga keduanya tidak nyaman berinteraksi

- Prestasi anak menurun, tidak naik kelas, atau dropped out

- Dan alasan sejenisnya

Bagi teman-teman yang memiliki alasan-alasan seperti ini, hingga mempertimbangkan untuk homeschooling saja, saya ingin mengatakan bahwa: 

"Homeschooling bukanlah solusi untuk menyelesaikan permasalahan Anda dengan sekolah"

Masalah haruslah diselesaikan sampai tuntas, dicari akar penyebabnya dan diluruskan kesalahpahamannya. Karena ketika memutuskan menjadi homeschooling tanpa berpikir dalam sebelumnya, kita justru akan menemukan kekecewaan baru. Pasti banyak hal yang tidak sesuai dengan ekspektasi. 

Alih-alih menjadi solusi, justru akan muncul masalah baru seperti:

- Konflik dengan anak

- Anak kesal terus dengan orangtua

- Anak cepat jenuh

- Komunikasi orangtua dan anak makin memburuk

- Kedua orangtua banyak berselisih paham, saling mengandalkan dan menyalahkan

- Goal pendidikan tidak tercapai


Kalaupun memang ada permasalahan dengan sekolah seperti di atas dan ingin beralih ke homeschooling, tetap harus dipertimbangkan matang-matang dan melakukan persiapan-persiapan seperti yang pernah saya tulis dalam postingan berikut ini: 

Memulai Homeschooling Bagi Pemula

Insyaallah dengan persiapan dan meneguhkan keyakinan bahwa homeschooling adalah alternatif yang bisa membantu mereka, maka perjalanan selanjutnya akan lebih mudah. 

Selamat berjuang untuk anak-anak kita. 

No comments

Show me that you visited this blog. Thanks!