Siapkah Saya Menjadi Homeschooling Mom?


Pertanyaan ini akan sama vibe-nya seperti pertanyaan yang kita ajukan kepada diri sendiri sebelum punya anak. 

Siapkah saya menjadi seorang ibu? 

Sebuah pertanyaan retoris yang kita ajukan pada diri sendiri. Yang sebetulnya, apabila kita sudah berani menyatakan pertanyaan seperti ini, artinya kesiapan kita sudah terisi separuhnya. Betul, nggak? Karena mereka yang sama sekali belum terpikirkan untuk membangun keluarga, tentu nggak akan sampai menanyakan hal ini. 

Ketika sudah keluar kalimat tersebut, artinya secara mental kita sudah memasuki dunia motherhood. Dalam konteks homeschooling pun sama. Saat kita bertanya, siapkah saya? Saat itu, kaki kita sudah melangkah memasuki gerbang homeschooling. Kita tengah memantapkan hati saja. 

Jadi apa jawabannya? 

Insyaallah siap! Biidznillah. 

Saya ingat kalam Allah dalam Al-Qur'an surah Ali Imran ayat 159 yang penggalannya berbunyi: 

فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ

Artinya: "Apabila kamu telah membulatkan tekad, maka berserah dirilah kepada Allah."

Masyaallah, sebuah kalimat yang sangat bertenaga. Meneguhkan kita, bahwa tugas kita adalah meneguhkan hati. Sisanya kita serahkan kepada Allah yang akan membimbing kita melalui jalan tersebut. 

Tidak ada jalan yang mudah. Pun tidak ada juga jalan yang sulit. Semuanya memiliki konsekuensi. 

Dalam memilih homeschooling pun demikian. Dalam memulainya, ada beberapa poin yang perlu kita siapkan: 

(1) Kekuatan keyakinan. 

Disinilah adanya keteguhan hati. Keyakinan akan lahir apabila kita sudah memiliki tujuan yang pasti, mau dibawa kemana perjalanan pendidikan anak-anak kita. Apa goalnya? Maka nanti kita sudah mulai bisa membangun visi dan misinya. 


(2) Kesiapan berjuang

Dalam perjalanan homeschooling, tentunya kita akan menemukan berbagai tantangan, baik yang berasal dari internal kita dan keluarga, maupun tantangan eksternal. Sungguh, ini bukan hal yang mudah untuk dilalui kalau sejak awal kita belum terlalu siap mental untuk berjuang. 

Tanpa kesiapan ini, kita akan menjadi limbung dan ragu apakah sudah memilih jalan yang benar atau tidak. 


(3) Siap menyediakan waktu dan membuka diri terhadap ilmu/wawasan baru

Sebelum homeschooling dimulai, yang pertama kali harus belajar adalah orangtuanya. Orangtua akan belajar hal jauh lebih banyak daripada yang nanti akan anak-anak pelajari. Selain itu juga, di perjalanan homeschooling kita akan belajar tentang hal-hal yang sedang dipelajari anak-anak. 

Oleh karenanya, bukan tidak mungkin seorang dokter akan ikut belajar coding karena anaknya gemar matematika. Atau seorang ibu rumah tangga yang hobbynya memasak, pada akhirnya ikut belajar animasi untuk menemani anaknya berlatih. 


Beberapa praktisi homeschooling ada yang menjadikan aktivitas menjadi homeschooling mom adalah profesi. Artinya, dia sangat serius menjalani, menerapkan disiplin seperti menjalankan sebuah lembaga. Kalau saya sih sepertinya tidak sanggup seperti itu. Meskipun urusan disiplin dan komitmen memang nomor satu. 

Sebetulnya tidak sulit, bukan? Siapapun bisa menjadi homeschooling mom. Yang penting punya NIAT dan TEKAD.

Oya, jika ingin membaca catatan terkait tentang homeschooling mom journey, silakan baca postingan berikut: 

Jumpalitan Homeschooling Mom

Petualangan Itu Bernama Motherhood

No comments

Show me that you visited this blog. Thanks!