Sosialisasi anak homeschooling merupakan salah satu isu penting kedua setelah urusan ijazah atau legalitas. Ini yang sering ditanyakan oleh para orangtua sebelum memulai menjadi praktisi homeschool atau ketika bertemu dengan praktisi.
“Bagaimana dengan sosialisasinya?” Kira-kira seperti itu pertanyaannya.
Banyak orangtua yang khawatir bahwa anak HS nantinya tidak punya banyak teman, tidak cakap bersosialisasi atau menjadi kurang pergaulan dengan dunia luar. Padahal, anak-anak homeschooling ini dalam aktivitasnya tidak melulu berada di rumah. Melainkan beragam sekali aktivitasnya dan dari sana mereka malah mendapatkan pertemanan yang lebih luas.
Manusia secara fitrah adalah makhluk sosial, akan selalu membutuhkan interaksi dengan dunia luar. Dalam hal sosialisasi, saya sendiri sering menjadikan ini sebagai bahan evaluasi. Terutama tentang bagaimana mereka bersikap dan bagaimana preferensi mereka dalam memilih teman.
Namun sebelum saya menuliskan bagaimana anak HS melakukan sosialisasi, ada yang perlu digarisbawahi dulu:
Tidak perlu khawatir anak homeschool tidak bisa bersosialisasi, karena justru melalui kegiatan mereka, mereka akan menemukan banyak teman. PRnya bagi orangtua adalah bagaimana cara memperluas jejaring anak-anak dalam menemukan passion mereka dan menambah cakrawala belajar mereka.
Ada beberapa karakteristik sosialisasi yang bisa dilakukan anak-anak HS
1. Pertemanan yang sifatnya homogen, bisa terjadi pada anak-anak ketika berada di satu lingkungan dengan hobby yang sama, melakukan kegiatan yang sama, atau berada di lingkungan dengan latar belakang keluarga yang mirip satu sama lain.
2. Pertemanan dengan teman yang beda latar belakang (agama,
budaya, sosial, ekonomi). Meski berada di lingkungan yang sama, perbedaan tentu akan tetap ada. Untuk menghadapi kondisi ini, anak-anak perlu diberikan pemahaman saling menghargai akan perbedaan dan skill untuk tetap teguh dengan value keluarga meski berteman dengan siapa saja.
3. Pertemanan dengan teman sebaya. Seperti halnya anak sekolah, anak HS juga bisa berteman dengan teman sebaya melalui jalur komunitas, hobby, kelas belajar dan sebagainya.
4. Pertemanan lintas usia. Ini adalah satu hal unik yang seringkali saya temukan pada anak-anak saya. Karena mereka justru banyak beraktivitas di beragam tempat, teman-temannya seringkali lintas usia. Bahkan tidak jarang, anak saya bisa bercakap-cakap cukup intens dengan orang dewasa, selayaknya teman.
Yang unik dari sosialisasi anak homeschooling adalah mereka mempunyai kesempatan untuk berteman tidak hanya dengan teman sebaya. Karena dunia mereka tidak dibatasi umur seperti layaknya anak sekolah. Membiarkan anak berteman dengan orang yang lebih dewasa dan yang lebih kecil pasti memberi warna yang beragam untuk cara komunikasi mereka.
Dan ketika berada di lingkungan baru, mereka akan mudah beradaptasi tanpa perlu memilih ingin berteman dengan yang sebaya saja.
Tentu saja, untuk menjalankan ragam sosialisasi ini orang tua tidak bisa tinggal diam. Kalau bagi anak sekolah, tentu dengan memasukkan anak ke sekolah mereka akan mendapatkan hal ini dalam satu paket. Namun tidak bagi anak-anak homeschooling.
Kita para orangtua harus aktif, mencari peluang dan tidak ragu untuk bersilaturahim dengan siapa saja. Dari sana, pintu-pintu sosialisasi akan terbuka. Kesempatan untuk berkenalan dengan beragam komunitas semakin terbuka.
Jalur-jalur sosialisasi anak HS:
1. Komunitas praktisi homeschooling
Banyak sekali manfaat yang bisa ditemukan di komunitas praktisi homeschooling. Tidak saja anak-anaknya yang berteman, namun orangtuanya juga bisa menemukan teman seperjuangan. Bisa berbagi banyak hal tentang keseharian, metode, jejaring dan info-info terkait proses perkembangan anak-anak.
Pertemanan yang ditemukan di komunitas ini juga beragam. Anak-anak bisa berteman dengan teman sebaya, lintas usia, homogen dan heterogen.
2. Komunitas peminatan
Adakalanya anak-anak yang mempunyai minat tertentu kemudian akan bertemu dengan teman-teman yang serupa. Misalnya di dunia olahraga atau seni. Ini bisa dimulai dari tempat les/kursus atau organisasi lainnya.
Di sini juga mereka bisa bertemu dengan beragam jenis teman, bahkan mungkin karena tidak terlalu dibatasi usia, teman lintas usia akan lebih banyak.
3. Kelompok pengajian atau keagamaan
Biasanya kelompok-kelompok keagamaan vibe homogenitasnya lebih terasa, karena disini kita terbiasa tidak menampilkan banyak latar belakang yang berbeda. Dari gaya bicara, gaya busana dan sebagainya cenderung mirip satu sama lain. Di sini anak-anak bisa belajar tentang berlapang dada ketika menemukan perbedaan di sebuah lingkungan yang homogen.
4. Berteman dengan keluarga besar atau relatives
Bukan nggak mungkin, terjadi pertemanan antar sepupu, yang seringkali meski sedarah justru terasa sangat heterogen, karena punya minat yang berbeda, usia berbeda, sekolahnya berbeda, dll, namun mereka diikat karena persaudaraan dan cenderung mudah bersahabat
5. Teman di lingkungan rumah
Baik anak HS ataupun anak sekolah, berteman dengan tetangga pasti menyenangkan. Mereka bahkan tidak terlalu peduli dengan latar belakang masing-masing. Meskipun seiring meningkatnya usia, pertemanan ini mudah sekali terlepas karena kesibukan masing-masing.
Intinya, tidak ada yang perlu ditakuti bahwa anak homeschool akan miskin sosialisasi. Justru sebaliknya, karena waktu mereka banyak dan fleksibel maka kesempatan untuk memperluas sosialisasi lebih terbuka lebar. Dan inilah yang menjadi modal besar anak-anak kita di masa yang akan datang.
Sebagai orangtua, PR kita adalah menyiapkan kecakapan mereka dalam bersosialisasi, seperti menjaga adab dan kepekaan memilih teman-teman yang baik. Dan sosialisasi juga aspeknya luas, tidak melulu tentang pertemanan, namun juga berjejaring. Dengan berjejaring, banyak manfaat yang bisa didapat seperti peluang dan kesempatan bagi anak menemukan dunia untuk menyalurkan passionnya.
No comments
Show me that you visited this blog. Thanks!