Perlengkapan Wajib Saat Travelschooling

Salah satu metode belajar dalam homeschooling keluarga kami adalah travelschooling. Ya, saat ini kami banyak melakukan perjalanan dan di dalamnya anak-anak mengalami proses belajar. Baik secara langsung, maupun tidak langsung.

Seperti yang pernah saya ceritakan dalam tulisan “Travelschooling, Cara Belajar Sambil Traveling", bahwa dalam setiap perjalanan sejatinya memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk belajar. Seperti saat menemani saya berkunjung ke rumah teman, mereka saya siapkan sedemikian rupa sebelumnya. Salah satunya adalah persiapan adab. Saat berkunjung, mereka seperti sedang menjalani tes untuk kemudian dievaluasi. Secara tidak langsung, anak-anak belajar praktik adab bertamu di sini.

Saat liburan pun, sebenarnya anak-anak belajar. Tanpa disadari, saya dan suami menanamkan banyak hal untuk mereka pelajari dalam setiap liburan. Sehingga liburan pun namanya tetap travelschooling, perjalanan belajar.

Salah satunya travelschooling sambil liburan adalah ketika kami mengunjungi Gunung Bromo tahun lalu dan Dieng beberapa bulan lalu.

Kunjungan kami ke Bromo saat itu memang untuk tujuan berlibur. Namun, agar liburan ini menjadi momen belajar, kami mencoba liburan ala backpacker. Perjalanan ini dilakukan tanpa rencana detil atau itinerary, tanpa memesan hotel, tanpa merencanakan moda transportasi dan tanpa batasan waktu. Perjalanan ini kami beri nama “Zero Complain Backpacking”, yaitu sebuah perjalanan ala backpacker tanpa keluhan.

Anak-anak diajak untuk naik transportasi umum kelas ekonomi mulai dari kereta, bus, angkot dan elfnya,  makan di mana saja saat kami lapar, tidur di mana saat kami butuh tidur dan berangkat kapan saja saat kami harus bergerak. Di awal, memang sempat khawatir anak-anak akan mengeluh, protes, marah atau minimal memasang wajah cemberut. Ternyata kekhawatiran saya tidak terbukti. Anak-anak berhasil menjalankan proses travelschoolingnya dengan baik.

Di Bromo, kami tidak hanya berkeliling dan melihat suguhan pemandangan alam yang indah. Namun juga belajar tentang kearifan lokal dan budaya masyarakat Suku Tengger. Ini sangat menarik dan menambah wawasan mereka.

Pernah juga kami melakukan perjalanan travelschooling dengan mobil, berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain. Mencoba perjalanan penuh spontanitas. Dan kami menemukan banyak sekali keseruan, meskipun tidak selalu berada dalam kondisi nyaman. Karena di dalamnya banyak momen dimana kami harus berdamai dengan kondisi yang tidak enak.

Tapi inilah esensi sebuah perjalanan. Merasakan setiap jengkal kisahnya. Karena traveling sejatinya adalah proses perjalanannya, bukan destinasi yang dicapai.


PERSIAPAN SEBELUM TRAVELSCHOOLING

Tentu saja, kami tidak begitu saja berangkat tanpa persiapan panjang. Sebelum memulai perjalanan, saya dan suami biasanya mengomunikasikan segala sesuatunya, kondisi yang mungkin dialami, hal baik dan buruk yang mungkin terjadi, dan apa saja yang akan kami butuhkan. Jadi persiapannya mencakup persiapan fisik dan psikis.

Membawa anak dalam sebuah perjalanan sudah pasti perlu persiapan yang lebih banyak daripada saat kita pergi sendiri. Barang bawaan juga akan lebih banyak, karena perlu mengantisipasi banyak hal.

Proses persiapan bisa menjadi momen belajar juga. Untuk perlengkapan, anak-anak sudah diharuskan packing barang-barangnya sendiri. Minimal untuk menyiapkan perlengkapan pribadi mereka masing-masing. Sisanya saya dan suami yang menyiapkan.

Untuk saya, dalam menyiapkan kebutuhan selama perjalanan saya harus memikirkan berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi, hingga hal terburuk sekalipun. Meskipun siapa sih yang ingin mengalami hal buruk. Iya kan? Tapi kita tidak bisa menebak takdir. Yang bisa kami lakukan hanyalah mempersiapkan segalanya dengan baik.

Salah satu kemungkinan terburuk yang selalu dipikirkan sejak awal adalah ketika kami mendapati salah satu dari kami sakit dalam perjalanan. Jadi anak-anak dibekali pengetahuan tentang pertolongan pertama, bagaimana meminta pertolongan, nomor telepon darurat dan skala prioritas. Serem sih ya kalau membahas ini. Tapi memang penting.


PERLENGKAPAN YANG WAJIB DIBAWA SAAT TRAVELSCHOOLING

Di sini saya tidak akan menguraikan perlengkapan yang sifatnya pribadi seperi baju, sepatu, perlengkapan ibadah, perlengkapan mandi dan sejenisnya. Karena ini sifatnya umum dan individual. Pun, kalau kekurangan kita masih bisa membelinya.

Ada beberapa hal yang wajib kami persiapkan sebelum berangkat, dan sebisa mungkin tidak boleh kelupaan.

1. Senter atau headlamp. Ini sangat penting jika saat malam hari listrik padam dan kita belum mengenali sekitar.

2. Sapu tangan atau scarf. Banyak sekali kegunaan scarf. Bisa untuk tutup kepala, lap wajah atau tangan, pembebat luka, penutup hidung saat ada asap, pembungkus, kompres, sajadah atau yang lainnya.

3. Obat-obatan pribadi. Kalau kita punya masalah kesehatan yang sifatnya kronis, tentu obat-obatan tidak boleh ketinggalan.

4. First aid kit atau P3K. Isinya cukup banyak. Kotak P3K saya isinya plester luka, antiseptik luka, cairan pembersih luka, sufratule (kasa antiseptik untuk luka terbuka), minyak gosok/kayu putih, kassa steril, plester gulung, tampon luka, salep gigitan serangga, obat antigatal, tablet parasetamol dewasa, tetes mata.

5. Jas hujan. Meski bukan musim hujan, jas hujan kecil biasanya tetap kami bawa.

6. Plast chamois atau K*n*b*. Hehehe, ini merk ya. Maksudnya sih lap-lap berdaya serap tinggi yang biasa dipake untuk lap mobil itu lho. Seringnya ini dipakai untuk handuk, karena lebih praktis, bisa dilipat dalam kondisi lembab dan mudah dibersihkan.

7. Wadah makan dan sendok. Ini kadang masih terlupa sih. Tapi sebisa mungkin kami siapkan untuk mengurangi penggunaan bungkus makanan bahan plastik dan styrofoam.

Kira-kira ini poin-poin penting yang bisa saya ingat untuk disiapkan sebelum melakukan perjalanan, terutama liburan atau traveling jarak jauh.

Sedangkan untuk anak-anak, saya meminta mereka untuk menyiapkan beberapa berikut:

  • Pikiran terbuka
  • Hati gembira
  • Benda-benda pengusir kebosanan, seperti buku, kertas dan pensil, kartu atau gadget. Untuk gadget, anak-anak seringnya memakai punya saya atau suami sih.
  • Benda-benda yang penting untuk mendukung kegiatan mereka, seperti kamera, notebook atau peta.

Kalau semua sudah oke, artinya kami siap berangkaaat.


TANTANGAN DALAM PERJALANAN TRAVELSCHOOLING

Perjalanan kami sebetulnya belum banyak dan medan yang ditempuh belum cukup beragam. Untuk saat ini, karena kami baru memulai sebagai keluarga travelschooler, jenis perjalanan yang dilakukan masih berhubungan dengan kegiatan keseharian dan liburan yang minim tantangan.

Kami beberapa kali melakukan camping, trekking, hiking dan roadtrip. Namun sejauh ini medan yang ditempuh masih tingkat pemula. Saya belum berani mengajak anak-anak naik gunung. Karena sayanya saja belum siap untuk naik gunung.

Perjalanan kami masih di lokasi ramai. Meskipun tidak selalu di tengah kota, tapi belum pernah sampai harus menginap di daerah pedalaman. Sewaktu tinggal di Australia kami pernah punya pengalaman nyaris tersesat di belantara outback Australia. Dimana sejauh mata memandang yang kami lihat hanya hutan semak belukar yang luas. Tidak ada kehidupan kecuali sekawanan hewan-hewan liar. Tidak berpapasan dengan kendaraan lain. Kami bahkan sempat menabrak seekor Emu liar hingga darah dan isi perutnya terburai di bumper mobil.

Tantangan lain yang pernah dialami dalam perjalanan liburan adalah anak sakit. Aduh, ini benar-benar merusak hampir semua rencana perjalanan. Ini terjadi beberapa tahun yang lalu saat kami liburan ke Bali, ketika anak kedua saya usianya baru 5 tahun. Di hari kedua perjalanan, badannya demam. Dia tidak mau makan dan panasnya mencapai 39 derajat.

Sudah pasti semua khawatir, inginnya buru-buru pulang. Tapi tiket pesawat kami masih esok lusanya. Akhirnya perjalanan liburan tetap dilanjutkan dengan beberapa perubahan rencana. Kami terpaksa menunda kunjungan ke tempat-tempat yang jauh.

Saat itu saya berusaha tidak panik dan tetap beraktifitas normal. Untuk menangani demam tinggi anak, saya melakukan beberapa hal di bawah ini:

  1. Beri anak banyak cairan, terutama air putih. Sesekali boleh diberi tambahan susu dan jus buah.
  2. Balur tubuh anak dengan minyak penghangat tubuh seperti minyak kayu putih atau minyak telon.
  3. Memakai pakaian longgar dan tipis. Jangan gunakan jaket atau selimut tebal. Tujuannya supaya panas di dalam tubuh mudah keluar.
  4. Atur suhu ruangan/mobil agar tidak terlalu dingin atau lembab, yang penting anak merasa nyaman.
  5. Banyak dipeluk, karena skin to skin contact banyak membantu proses penurunan demam.
  6. Minum obat penurun panas. Kalau suhu anak bertahan lebih dari 6 jam, saya biasanya mulai menggunakan obat penurun panas pilihan. 
  7. Mengurangi aktifitas fisik, supaya anak mendapat istirahat cukup.
  8. Tetap lakukan hal-hal menyenangkan supaya anak tidak merasa bosan. Misalnya dibacakan cerita, mendengar musik lembut atau lantunan Al Qur’an dan bermain permainan sederhana sembari dalam perjalanan.

Nah, delapan hal ini tetap bisa dilakukan jika anak kita sakit ketika dalam perjalanan.

No comments

Show me that you visited this blog. Thanks!