Buku "Aku Belajar, Tapi Gak Sekolah" Karya Anak HS

selain menulis, Naufal juga menjadi ilustrator untuk buku ini

Menulis merupakan media untuk mengabadikan pengalaman hidup dan buah pikiran. Ini kalimat yang kami share kepada para adik-adik peserta Oase Juru Tulis term 2018 lalu.

Klub Oase memiliki beberapa unit kegiatan, salah satunya adalah Juru Tulis dimana adik-adik (ini sebenarnya anak-anak kami, tapi kami memosisikannya sebagai kakak-adik supaya akrab) mendapat kesempatan untuk menuangkan pengalaman dan perasaan tentang perjalanan homeschooling mereka.

Saya, bersama Irma dan Mas Aar adalah mentor menulis mereka, yang membimbing dan mengurasi hasil tulisan keduapuluh anak-anak usia 10-17 tahun ini.

Selama proses menulis, kami cukup amazed karena mereka ternyata sudah menyertakan jiwa ke dalam tulisan-tulisan mereka. Hanya sedikit polesan dan perbaikan teknis yang dilakukan di akhir finishing karya ini.

Lalu, jadilah kumpulan tulisan-tulisan ini menjadi sebuah buku berjudul “Aku Belajar, Tapi Gak Sekolah”. Yang murni dibuat oleh anak-anak, dilat-out juga oleh anak-anak, didisain dan ditambahkan ilustrasinya juga oleh anak-anak.

Kami sebagai mentor cukup puas dengan kerja keras mereka.

 

Tentang Buku Aku Belajar Tapi Gak Sekolah

Isi buku ini adalah tentang homeschooling di mata anak-anak.

Dunia homeschooling adalah dunia yang penuh warna. Tidak seperti sekolah yang mempunyai satu sistem induk (kurikulum dari pemerintah), sistem yang dipegang oleh para praktisi homeschooling sangat beragam. Tergantung bagaimana keluarga tersebut menjalankan core value dalam keluarganya.

Buku ini menceritakan keragaman, warna-warni dan naik turunnya ritme keseharian anak-anak homeschooling. Ada 20 penulis muda, berusia dari 10 hingga 17 tahun yang ikut menuangkan kisah keseharian mereka dengan sepenuh jiwa.

Selama ini, tulisan dan artikel tentang homeschooling selalu disampaikan oleh orang tua dan praktisi pendidikan, dari sudut pandang keilmuan dan teoritis. Kita diajak memahami bagaimana konsep pendidikan alternatif ini dibangun, apa landasan dan legalitasnya. Orang tua seolah pemain utama dalam konsep pendidikan homeschooling.

Kita lupa, sejatinya pemeran utama dalam keseharian homeschooling adalah anak-anak. Mereka adalah subyek dan praktisi sesungguhnya. Kita lupa, bahwa bukan hanya orang tua yang merasakan jatuh bangunnya menjalani kehidupan sebagai praktisi homeschooling, namun anak-anak juga mengalaminya. Di buku ini, pembaca akan menemukan dunia homeschooling dari sudut pandang anak-anak yang sangat menarik, menginspirasi dan mengharukan.

Buku “Aku Belajar, Tapi Gak Sekolah” merupakan salah satu proses belajar dan pendewasaan kami yang bergabung di Klub Oase. Melalui komunitas yang beranggotakan keluarga praktisi homeschooling di Jabodetabek ini, kami tumbuh bersama dan mengaktifkan peran komunal dalam mendidik anak-anak, baik di dunia literasi, teknologi, mindmapping, seni, keterampilan dan public speaking. Di dalamnya ada beberapa unit kegiatan yang mentornya adalah para orang tua, salah satunya unit Oase Juru Tulis.

Melalui program Oase Juru Tulis, anak-anak diajak untuk memutar ulang rekaman kehidupan mereka dan belajar menuliskannya dalam lima tema besar. Kelima tema tersebut adalah bagaimana memulai homeschooling, cerita keseharian, proses sosialisasi dalam homeschooling, tantangan yang dihadapi dan impian masa depan mereka.

Satu hal yang menurut kami menarik dibagi adalah proses pembuatan buku ini. Buku ini terlahir dari unit kegiatan Oase Juru Tulis yang dimentori oleh beberapa orang tua yang senang menulis. Kami bukan penulis profesional, tetapi kami senang menulis dan ingin membantu anak-anak untuk mengembangkan keterampilan menulisnya.

Kami selaku mentor dalam program ini, menemani proses mereka, memberikan masukan dan mengevaluasi karya keduapuluh anak yang luar biasa ini. Awalnya, kami tidak menduga mereka akan sepenuh hati menuliskannya, membumbui kisah mereka dengan gejolak batin dan menggambarkan apa yang mereka rasakan secara detil. Kami, yang juga orang tua, mengira perjalanan keseharian mereka lurus-lurus saja, senang karena tidak harus sekolah dan bahagia karena kebebasan belajar. Namun ternyata banyak kisah dibaliknya.

Anak-anak menuliskannya dengan jujur tentang apa impian mereka, kesukaan dan ketidaksukaan, serta lika-liku dunia homeschooling mereka. Membacanya, kita akan diajak untuk tersenyum, terkaget-kaget, bahkan terharu. Kita, para orang tua tidak hanya akan mendapatkan kisah, namun juga pelajaran dan inspirasi. Yang dengannya, semoga bisa menjadi bahan evaluasi untuk menjadi lebih baik dalam proses tumbuh bersama anak-anak.

Kami berharap, proses ini bisa menjadi inspirasi bagi para orang tua, untuk berani merintis kolaborasi dan membuat unit kegiatan yang bisa menjadi sarana belajar bersama anak-anak. Proses-proses semacam ini akan memperluas budaya belajar dan meningkatkan akses aneka jenis pembelajaran yang seru dan asyik bagi anak-anak.

 

No comments

Show me that you visited this blog. Thanks!