10 Hal Penting yang Perlu Diketahui Sebelum Memulai Homeschooling

belajar tidak harus di ruang kelas, tapi bisa dimana saja

Selama 8 tahun menjadi praktisi homeschooling, kami banyak bertemu dengan para orangtua yang bertanya-tanya tentang teknis maupun konsep homeschooling yang kami jalankan. Sebagian besarnya mereka adalah orangtua yang sedang mencari tahu tentang homeschooling untuk mereka terapkan di keluarga mereka. Sebagian kecilnya memang ingin tahu karena penasaran apa yang sehari-hari kami lakukan. 

Ketika kami memulai homeschooling, kami malah tidak terlalu banyak pertimbangan untuk memulai. Ya mulai saja. Perkara nanti di tengah jalan menemukan obstacles, kami yakin insyaallah akan ada jalan keluarnya. Toh, kami bukan satu-satunya praktisi homeschooling di dunia ini. Juga di Indonesia. 

Namun, ternyata banyak keluarga yang memerlukan banyak informasi sebelum menimbang dan memutuskan untuk menjadi homeschoolers. Ini memang langkah yang baik. Apalagi sistem di negara kita seringkali berubah kebijakannya tergantung siapa pemegang kebijakan tersebut. 


Tapi apa yang saya tulis di sini, lebih berdasarkan pengalaman yang kami alami, terutama berdasarkan pertanyaan yang sering kami terima. Ada beberapa hal utama yang perlu diketahui oleh keluarga yang akan memulai homeschooling. 

1. Homeschooling bukan memindahkan sekolah anak-anak ke rumah. 

Maksudnya memindahkan sekolah ke rumah adalah kita mengadopsi seluruh aktivitas yang biasa anak-anak lakukan di sekolah, menjadi ke rumah. Seperti memakai pakaian seragam, belajar di ruang khusus, ada guru khusus yang mengajarkan materi pelajaran, ada kurikulum yang harus diikuti secara runut, mencatat nilai tiap mata pelajaran, membuat rapor yang diverifikasi oleh lembaga resmi, dan sejenisnya. 

Homeschooling adalah kegiatan yang tidak menduplikasi aktivitas sekolah. Selengkapnya akan saya tulis di postingan lain. 

2. Orangtua bukan guru utamanya anak-anak. 

Banyak orangtua yang mundur menjadi praktisi homeschooling karena merasa tidak mampu mengajar anak-anaknya. Orangtua tetaplah orangtua, tidak perlu alih profesi menjadi guru hanya karena menjadi praktisi homeschooling. Posisi orangtua lebih banyak sebagai fasilitator yang mendisain konsep homeschooling seperti apa yang akan dijalani bersama anak. Kita bisa mencari guru dari mana saja, dan guru ini tidak selalu seseorang yang berdiri di depan anak-anak kita untuk mengajar. Mereka bisa belajar dari pedagang di pasar, belajar dari hewan dan tanaman, belajar secara mandiri dari buku yang mereka baca dan lain-lain. 

3. Orangtua tetap bisa bekerja dan menjalankan profesinya

Tidak harus resign untuk menjadi orangtua praktisi homeschooling. Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk tetap bisa menemani anak-anak kita belajar. Yang penting adalah bersedia menyediakan waktu khusus dan mau tetap berkomitmen memikirkan konsep belajarnya mereka, terus berkomunikasi dan ikut belajar bersama ana-anak. Kita tinggal mengatur waktu dan menyesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Tentu saja yang ideal adalah ada satu orangtua yang fokus menemani anak-anak. Namun, kita tidak selalu berada dalam kondisi ideal, bukan? Seringnya malah kita harus berdamai dengan kondisi dan kreatif mencari jalan keluar agar aktivitas kita bisa berjalan. 

4. Anak tidak harus jago dalam segala hal

Menjadi praktisi homeschooling, kita tidak perlu resah memikirkan nilai atau ranking anak sebagaimana anak sekolah. Justru dengan homeschooling, kita bisa fokus pada kelebihan anak dan meningkatkan hal-hal yang perlu ditingkatkan sesuai dengan pace mereka, tanpa harus terintimidasi oleh anak lain. 

5. Waktu belajar dalam homeschooling adalah sepanjang waktu

Ini bedanya dengan sekolah, yang mempunya jadwal khusus. Dalam homeschooling, kita bisa sangat fleksibel mengatur waktu. Justru, anak-anak belajar sepanjang waktu, sejak bangun tidur sama kembali tidur. Karena mereka belajar dari keseharian mereka, mengatur kehidupan dan mempersiapkan masa depan yang bukan terkait kurikulum apapun. Kurikulum utama kita adalah apa yang kita rencanakan bersama keluarga. Masih bingung tentang ini? Insyaallah nantikan di tulisan berikutnya. 

6. Orangtua belajar lebih banyak daripada anak-anak

Justru, yang banyak belajar adalah orangtua. Kita belajar membangun komunikasi yang baik dengan anak, belajar memahami kondisi anak-anak kita, belajar mengevaluasi yang anak-anak dan keluarga butuhkan, belajar mengatur waktu dan berdisiplin, belajar menjadi manusia yang lebih baik agar layak menjadi teladan anak-anak, dan sebagainya. 

7. Biaya homeschooling bisa kita atur sesuai budget keluarga

Karena pada dasarnya kita tidak perlu membayar apa-apa. Namun, biaya homeschooling ini sangat beragam, bisa lebih murah daripada anak sekolah, atau bisa lebih mahal tergantung aktivitas kita. Di keluarga kami, biaya terbanyak yang kami keluarkan adalah uang transportasi, buku dan membeli barang keperluan belajar anak-anak seperti software, alat musik, gadget, dan sejenisnya. Ada biaya les juga, namun tidak banyak. Anak-anak saya sempat mengikuti banyak les ketika mereka sedang mencari minat. Namun seiring waktu, minat mereka makin terarah sehingga les yang diikuti tinggal satu atau dua kelas saja. 

8. Anak homeschooling kelak bisa menjalani profesi apa saja

Di zaman anak-anak kita nanti, profesi akan semakin berkembang. Sebagaimana yang terjadi saat ini, banyak profesi yang baru yang tumbuh, dan belum ada sepuluh tahun yang lalu. Jadi menurut saya, kita tidak perlu khawatir. Yang penting adalah kita menyiapkan skill dasar anak-anak dan menjadikan mereka manusia pembelajar agar bisa terus berkembang sesuai berkembangnya zaman dan tetap teguh memegang hal-hal prinsip dalam keluarga. 

9. Menjadi homeschoolers adalah belajar tanpa batas waktu, usia dan tingkatan sekolah

Ada kalanya anak-anak mempelajari sesuatu sesuai dengan level atau kelasnya. Namun apa yang dipelajari oleh mereka bersama kita orangtuanya adalah pendidikan seumur hidup. Buat keluarga muslim, kita menjalani proses pendidikan sesuai dengan jenjang seperti masa pre akil baligh, akil baligh, pra nikah dan seterusnya. Menjadi orangtua praktisi homeschooling tidak ada hentinya, selama kita hidup. 

10. Tidak ada yang lebih penting daripada menyiapkan anak-anak untuk sukses di kehidupan dunia dan akhirat

Kita bukan sekadar mengajarkan anak-anak untuk jago matematika, atau untuk menjadi profesi tertentu, atau untuk memiliki penghasilan besar. Namun kita sedang menemani mereka dan mendidik mereka agar berhasil dalam kehidupan, menjadi manusia yang baik akhlaqnya, lurus imannya dan husnul khatimah. Inilah raport yang kelak akan kita terima, di yaumul hisab kelak. Apakah kita sudah berhasil mengantarkan anak-anak menjadi manusia seperti yang dikehendaki pencipta mereka saat menitipkannya pada kita. Proses yang amat berat dan harus kita jalani sepenuh hati. 

Oleh karena itu, menjadi praktisi homeschooling tidak mudah namun juga tidak serumit yang dibayangkan. Tidak mudah untuk mendidik anak hingga sukses dunia akhirat, namun insyaallah tidak serumit mengatur jadwal belajar dan membuat soal-soal ujian untuk mereka. Karena ujian sesungguhnya bukan kita yang membuat, melainkan Allah Pemilik Kehidupan. 

Kita sedang menjalani kehidupan bersama mereka, sama-sama belajar dan berusaha semakin baik setiap harinya. Inilah sejatinya proses homeschooling. Semoga kita semua dimampukan dan dimudahkan menjalaninya. 

No comments

Show me that you visited this blog. Thanks!