Menjalankan hidup minimalis adalah sebuah proses untuk kembali menjadi diri kita yang sebenarnya. Lebih mindful dalam menjalani kehidupan, punya rencana dan menyederhanakan pikiran. Karena basically kebutuhan kita adalah apa yang kita makan, apa yang digunakan untuk menutupi aurat dan melindungi tubuh serta apa yang menaungi kita. Nah, tidak jauh dari sandang, pangan, papan, bukan?
Tapi praktiknya, kita membutuhkan banyak varian dari ketiga hal itu. Seperti baju yang beraneka model dan up to date, sepatu dan tas yang match dengan bajunya, dekorasi rumah yang sesuai tren, dan banyak lagi. Kebutuhan kita meningkat terus, bucket list juga kian bertambah.
Tidak ada yang salah dengan bermimpi setinggi-tingginya. Namun, ketika impian itu berubah menjadi obsesi, tanpa kita sadari akan mengambil energi yang cukup banyak.
Apa yang membedakan impian dengan obsesi?
Impian adalah harapan, sebuah gambaran tentang masa depan yang lebih baik. Ketika kita mengejar sebuah impian, kita akan merangkainya dalam urutan aksi.
Bagaimana dengan obsesi? Saya kurang bisa menjabarkannya. Tapi seperti yang pernah saya baca di sebuah web psikologi, obsesi digambarkan dalam bentuk energi yang negatif dan memiliki dorongan yang kurang terkontrol.
Gaya hidup minimalis, menjaga kita untuk tidak mudah terobsesi akan sesuatu tanpa mempertimbangkannya lebih dalam. Terutama pada hal-hal yang berkaitan dengan kebendaan. Namun, minimalis bukan hanya tentang benda, melainkan juga tentang pikiran. Menyederhanakan pikiran, akan membuat hidup kita lebih tenang dan fokus pada tujuan satu demi satu.
Hidup minimalis adalah sebuah proses dalam diri kita, untuk mengubah kebiasaan konsumtif dan senang memiliki banyak benda, ke gaya hidup yang lebih sederhana. Karena “less is more”.
Sejatinya, ketika kita hidup lebih simpel, kita punya banyak hal lain yang membuat kita merasa kaya. Menyederhanakan kehidupan, dimulai dari mengurangi apa yang kita miliki kemudian menahan diri dalam memiliki sesuatu. Memberi kesempatan diri kita untuk berpikir ulang sebelum melakukan sesuatu yang bersifat konsumtif.
AWAL MEMULAI HIDUP MINIMALIS
Keluarga saya sering berpindah rumah. Memiliki barang yang banyak jumlahnya membuang energi yang sangat besar saat pindahan. Sementara, urusan packing dan unpacking ini sama sekali bukan pekerjaan mudah.
Dalam proses pindahan ini saya menemukan, kami ternyata menyimpan banyaaaak sekali barang yang kurang bermanfaat. Barang yang tidak pernah tersentuh selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.
Barang yang tanpanya, hidup kita baik-baik saja, tapi kita sayang untuk menyingkirkannya. Alasan terbesarnya adalah kenangan mantan masa lalu, hadiah dari orang terkasih, koleksi atau berharga.
Lalu kami merenungkan, apakah barang-barang tersebut layak disimpan? Untuk menyimpan, apakah kami punya cukup ruang? Pertanyaan kedua inilah yang membawa kami untuk mulai menyederhanakan isi rumah. Karena ternyata rumah kami tidak cukup luas dan sudah sangat sesak. Banyak barang bertebaran, berdebu, teronggok, usang dan rusak karena usia. Semua harus keluar dari rumah.
Akhirnya, dalam proses pindahan kami yang terakhir, tepatnya setahun lalu, kami declutter semua barang yang non-esensial, mulai dari baju, sepatu, tas, mainan, perabot dapur, perangkat elektronik, tools, outdoor gear, dan sebagainya.
Menyingkirkan barang-barang yang tidak kami butuhkan ternyata tidak mengganggu aktivitas kami. Sebaliknya, kami jadi punya banyak ruang kosong, lebih rapi dan efektif dalam mengurus barang yang kami anggap lebih penting. Dari sanalah komitmen kami untuk melanjutkan gaya hidup minimalis ini semakin menguat, sekaligus juga menerapkan pola hidup zero waste atau minim sampah. Keduanya ternyata saling menguatkan satu sama lain. Hidup minim sampah juga membantu menyederhanakan hidup kami. Kami jadi less consumtive terhadap barang-barang yang menghasilkan sampah.
Perjalanan ini belum seutuhnya dijalankan. Kami masih jatuh
bangun. Dan ke depannya, saya akan mulai rutin menuliskan jurnal perjalanan
tentang minimalis dan zero waste, selain perjalanan motherhood dan being a
homeschooling mom.
No comments
Show me that you visited this blog. Thanks!