Masa-masa Akhir Homeschooling


Lika-liku homeschooling di keluarga kami, yang selama ini saya ceritakan prosesnya di blog ini sejak awal menimbang, hingga kisah perjalanannya, akhirnya tiba di titik akhir. Di tahun 2024 ini, kami resmi tidak lagi menjadi praktisi homeschooling. 

Banyak hal yang kami syukuri selama proses homeschooling untuk mempersiapkan anak-anak hingga ke titik ini, diantaranya adalah kemandirian, kemantapan dalam memilih jalur pendidikan lanjutan, amunisi untuk belajar bersama orang lain dan kesiapan mental. 

Alasan yang menyebabkan homeschooling ini selesai, antara lain:

- Naufal sudah menyelesaikan masa sekolah SMA-nya dan sudah melangkah ke pendidikan tinggi. 
- Kayyisha memutuskan ingin masuk sekolah formal untuk mencoba pengalaman baru. 

Pilihan Kayyisha untuk tidak melanjutkan homeschooling merupakan hasil diskusi kami bersama di keluarga. Bahwa di fase SMA, kami ingin memberikan kesempatan bagi Kayyisha untuk mencicipi dunia sekolah dengan segala dinamikanya. Kami juga sudah menganggap dia siap banyak beraktivitas di luar rumah, menimba ilmu dari banyak guru dan berinteraksi lebih luas dengan dunia di luar keluarga. 

Dan kami merasa keputusan ini tepat. 

Meskipun di awal sekolah, Kayyisha harus berusaha keras untuk beradaptasi dengan dunia baru. Alhamdulillah dia memerlukan satu semester saja sampai akhirnya merasa nyaman dengan seluruh lika-liku dan pasang surutnya dunia sekolah. 

Dalam proses adaptasinya di enam bulan pertama sekolah, dia masih memerlukan banyak pendampingan dan tempat cerita untuk mengeluarkan emosinya yang masih naik turun. Karena bagi anak homeschooling yang hampir belum pernah merasakan sekolah formal, tentunya berada di luar rumah setiap hari dan sepanjang hari, akan tidak mudah. 

Segala sesuatu yang tadinya bisa dikendalikan oleh diri sendiri, tidak lagi bisa dilakukan di sekolah. Dia harus mengikuti sistem dan ritme yang dibentuk oleh lingkungannya. 

Sebetulnya, tidak ada persiapan khusus bagi anak homeschooling untuk memasuki dunia sekolah. Yang pasti, sejak awal pilihan tersebut harus atas keinginan pribadinya. Bukan karena keinginan orang tua. Ketika sudah berada di dunia yang berbeda ini, sudah pasti dia harus beradaptasi. Harus bisa menempatkan dirinya berada di tengah orang banyak sepanjang waktu. 

Peran orangtua sangat penting dalam proses adaptasi Kayyisha. Karena ternyata, menjadi anak sekolah tidak semudah itu. Energi fisik dan mentalnya cepat terkuras habis. Dan orangtua harus selalu hadir, setiap saat dia membutuhkannya. 

Kadangkala kita hanya perlu menjadi pendengar, kadang menjadi motivator, kadang juga menjadi senior dimana kita bisa membagi pengalaman masa lalu ketika menghadapi kondisi yang sama. 

Buat saya, dinamika ini bisa dibilang seru, meskipun emosi kita pun kadangkala ikut terkuras. Namun alhamdulillah, momen tersebut akhirnya selesai juga. Setelah melewati semester pertama, Kayyisha mulai paham bagaimana menghadapi segala tantangan yang dia temui di sekolah. 

Tentu, homeschooling sangat berbeda dengan sekolah formal di banyak hal. Namun pengalaman yang dilalui selama homeschooling, ternyata adalah modal berharga yang dimiliki untuk memasuki sekolah, terutama dalam hal akhlak, etos kerja, life skill dan spirit belajar. Kami bersyukur memiliki poin-poin ini, sehingga karakter Kayyisha sudah terbentuk dan dia sejatinya memang siap menjadi bagian dari masayarakat dan dunia yang lebih luas daripada lingkup rumah dan homeschoolingnya. 

No comments

Show me that you visited this blog. Thanks!