salah satu icon kota Emerald, Railway Train yang bersejarah |
Sebelumnya, saya belum pernah mendengar kota Emerald. Buat kita yang tinggal jauh dari negeri Kanguru ini, tentunya yang kita hapal adalah kota-kota besarnya ya, seperti Sydney, Melbourne, Brisbane, Perth, Canberra, Adelaide atau Darwin. Ketika mendengar kabar kami akan pindah ke kota ini, saya kaget.
Harapan saya, kami bisa pindah ke salah satu ibukota negara bagian, yaitu salah satu kota yang saya sebut di atas. Namun ternyata, lokasi tambang batubara justru sebagian besarnya berada di kota kecil, jauh di pelosok dan jauh dari keramaian kota.
Namanya juga tugas, ya harus dipenuhi. Bukan hak saya untuk pilih-pilih, bukan? Yang kerja kan suami :) Dan ternyata, Emerald nggak seburuk yang saya kira sebelumnya.
Kenalan dengan Emerald
Kota ini letaknya di Central Queensland. Ya, Queensland adalah negara
bagian yang berada di sisi timur benua, dimulai dari pesisir pantai sebelah
timur terus sampai bagian tengahnya. Emerald berada di garis tengah Queensland (Qld) yang
membagi bagian utara dan selatannya. Kota ini berada di bawah garis Capricorn
yaitu garis imajiner yang membagi wilayah tropis dan sub tropis.
Karena hampir dekat dengan wilayah tropis, Emerald yang juga
berada di area inland (bukan di pesisir pantai, melainkan mendekati median)
menjadikan iklimnya agak ekstrim. Panas sekali saat summer dan lumayan dingin
saat winter.
Pertama kali sampai di Emerald, saat sedang summer. Udara
panas bulan Januari sedang berada di titik tertinggi. Cukup kaget karena
sebelumnya kami berangkat dari Bandung yang sedang musim hujan. Udara dingin
terus.
Namun, karena di musim panas hujan cukup rajin menyirami
bumi Aussie, udara menjadi lebih lembab. Kebayang deh, kalau panas dan kering,
pasti mudah dehidrasi, ya.
Kami mencoba jalan-jalan pertama kalinya mengelilingi kota
Emerald, tak menghabiskan waktu lama. Karena kotanya kecil, rasanya setengah
jam saja kita bisa menyusuri seluruh kota. Apalagi saat weekend, jalanan sangat
sepi. Kebanyakan toko-toko tutup, kecuali restoran dan mini/supermarket. Itupun
hanya buka sampai tengah hari.
Kami berjalan kaki di sepanjang area Centra Business
District (CBD) Emerald, mengintip toko-toko dari balik kacanya, duduk di
bangku-bangku yang tersedia setiap beberapa meter di trotoarnya, mencicipi tap
water (hal baru yang belum pernah kami temukan di tanah air) dan menyapa
orang-orang yang berpapasan dengan kami.
Oh ya, saling menyapa ini merupakan salah satu budaya orang
Australia, meskipun nggak saling kenal. Cukup mengatakan “Hi atau Hello” dan
“How are you going?” diiringi dengan senyum, biasa dilakukan oleh orang-orang
Aussie dimana saja berada, mulai dari anak-anak sampai orang tua.
Tentu saja, sepanjang jalan yang kami lalui bersih dan tertata rapi. Area hijau terbentang dan menyejukkan pandangan di tengah udara panas siang itu. Pengendara mobil tak ada yang tergesa, semuanya menjalankan kendaraan sesuai rambu yang ada di sepanjang jalan CBD itu, yaitu 40 km/jam. Tak ada yang melebihi, atau akan tertangkap oleh kamera pengawas polisi lalu lintas yang tetiba melintas. Denda yang tidak sedikit akan menjatuhi siapa saja yang melanggar.
salah satu kendaraan (boat) yang dipajang di pinggir jalan, menanti pembelinya |
Di salah satu jalan, kami menemukan deretan kendaraan mulai dari motor, mobil sampai boat yang diparkir. Ternyata area itu adalah tempat display kendaraan second dijual. Tempat ini yang akhirnya menjadi area kami hunting kendaraan hampir tiap minggu, sampai akhirnya kami bertemu dengan sebuah sedan commodore warna keemasan yang menjadi teman setia selama menemani perjalanan sehari-hari sampai berpetualang sepanjang ribuan kilometer.
mobil pertama kami, yang menemani perjalanan panjang selama di Aussie |
No comments
Show me that you visited this blog. Thanks!