10 Alasan Kenapa Blogger adalah Profesi Hardcore

Obrolan saya dengan @danirachmat, @evrinasp, @rinindrianie dan @fitrian di twitter yang mungkiiiin berhubungan dengan judul 10 Alasan Kenapa Blogger itu Profesi Hardcore, seperti di bawah ini:

“Klout naik, tapi traffic blog malah turun. Bagaimana ini?

“Karena fokus ke twitter, blogwalking dan lainnya jadi ketinggalan.”

“Nah iyaa, gak imbang blogwalking yaa.”

“Makanya blogwalking jangan kendor. Susah ya ternyata maintain semuanya balance.”

“Kalo saya traffic naik, tapi klout jalan di tempat.”

“Banyakin twitterannya aja.”

“Banyak ya kerjaan kita.”

“Bangeet.”

Ini secuplik masalah (baca: problemnya newbie) yang dialami blogger untuk menjaga keseimbangan kerjaan yang satu dengan lainnya.

Di dunia blogging, keterikatan dengan medsos itu ternyata emang cukup erat. Dan bagi para blogger, bahasan kayak gini sudah jadi makanan sehari-hari, tentang bagaimana menjaga traffic blog tetap bagus.


Seperti juga penulis buku yang harus mikirin industri penjualan dan marketing supaya bukunya bisa menjangkau banyak pembaca, dunia blogging pun sama. Apalagi buat orang-orang yang menjadikan blognya sebagai sumber mata pencarian. Setelah menulis, kita kudu n wajip kerja keras ngurusin marketingnya.

Nggak seperti yang saya bayangin dulu, saat menulis cuma ngikutin mood atau disela-sela waktu senggang, dunia blogging itu yaa cuman menulis dan menulis doang. Buat seneng-seneng. Sekarang juga masih seneng-seneng, kok. Hanya ada saat tertentu menulis di blog adalah tanggung jawab. Harus diselesein atau kamu kehilangan kesempatan berikutnya.

Begitu kenal dengan para blogger profesional dan belajar dari mereka, ternyata profesi blogger itu sama hardcore-nya seperti profesi-profesi lain. Kudu tekun, sabar, kerja keras, banyak berkorban dan tangguh.

10 Alasan Kenapa Blogger adalah Profesi yang Hardcore, berikut yang bisa saya ceritakan berdasarkan pengalaman pribadi:

1.     1. Blogger harus belajar teknik kepenulisan.

Nulis di blog kan bebas? Iya, memang. Kita bebas mau pake gaya apa aja kok. Tapi bukan berarti gak pakai aturan.

Pernah nggak baca tulisan seseorang di blog yang ditulis asal-asalan. Nggak peduli tanda baca, EYD amburadul, nggak ada bedanya kalimat langsung atau nggak langsung, paragraf dempet-dempet. Gimana reaksi kamu? Males bacanya, kan.

Atau baca tulisan orang yang pake caci maki, nyinyir dan banyak bahasa binatangnya. Beuh, pengen komen marah-marah rasanya.

Jadi, kalau kita berpikir nulis di blog itu bebas-sebebas-bebasnya bagai merpati, kamu salah banget. Kalau kita mau serius jadi blogger, tetap deh, ada aturan main dan harus paham bahasa Indonesia/Inggris/Sunda/Batak/bahasa apapun yang kita pake dengan bener. Mana yang layak ditulis, dan bagaimana menggunakan tanda baca yang sesuai.

Karena dunia blogging gak mengenal editor. Jadi kita yang harus jadi editornya. Pembaca lama-lama akan memilih, mana blog yang enak dibaca, mana yang nggak. Kalau enak, efeknya pembaca akan betah berlama-lama di blog dan engaged dengan blog kita.

2.     2. Sebelum menulis, blogger juga melakukan riset dulu. Kecuali tulisan yang sifatnya jurnal atau diary (Lha sama dong ya, sekarang buku-buku juga banyak yang isinya curhat). Tapi untuk tulisan yang sifatnya liputan event apalagi liputan berbayar dan job review, blogger harus melakukan riset panjang sebelum menerbitkan tulisannya. Nggak boleh asal-asalan, karena ini menyangkut branding blogger tersebut dan branding produk yang dituliskannya.

3.     3. Blogger harus mengupgrade imunya di bidang SEO. Ini sisi marketingnya. Mulai dari bagaimana mendisain blognya agar ramah pembaca, juga agar mudah dideteksi google. Pelajaran tentang SEO ini seperti tidak ada habisnya.

4.     4. Seperti percakapan pembuka di atas, ada maintenance juga yang harus dilakukan untuk mempertahankan SEO. Nggak bisa tuh, habis nulis tinggalin aja blognya. Paling tidak setelah nulis kita sharing dan menjawab pertanyaan yang masuk. Lalu kita juga harus mengecek apakah tulisan kita sampai ke pembaca. Kalau nggak, cari tahu masalahnya. Blogger itu terikat dengan medsos untuk menyebarkan tulisan dan menjadikan blognya berpengaruh. Makanya, blogger juga harus siap-siap deh online mulu.

5.     5. Mengikuti event. Nah, ini yang sering membuat saya takjub dengan kegigihan para blogger. Bayangin aja, setiap minggunya banyak banget event yang diikuti para blogger untuk memperpanjang hidup blognya.

Di Jakarta, event-event ini tersebar di berbagai area, lokasinya kadang mudah dicapai, kadang sulit. Banyak lho blogger yang emak-emak dan kesana kemari sambil gendol anak. Bahkan sambil naik kendaraan umum, naik turun bus atau commuter line. Saya takjub bener pokoknya.

Hari ini di Jakarta Selatan, besoknya di Jakarta Pusat. Minggu depannya di Tangerang, sorenya di Jakarta Pusat. Wiiih. Saya mah belum sanggup deh mengikuti sebanyak itu. Kadang satu event seminggu aja badan capek dan kelimpungan menulis reportasenya.

6.     6. Blogwalking dan integrasi media sosial. Setelah menulis dan membagi infonya di medsos, blogger juga harus bisa mempertahankan eksistensinya di medsos. Kenapa? Karena banyak job review yang mensyaratkan keaktifan di medsos, parameternya jumah follower dan klout score. Rajin blogwalking untuk menciptakan backlink dan banyak cara lain agar traffic tetap tinggi. Traffic kemudian menentukan pagerank, alexa rank, domain authority/page authority.

7.     7. Belajar tentang teknologi. Saya nih termasuk orang yang kerepotan kalau ada bahasan baru dan saat blog saya bermasalah. Karena saya GAPTEK, sodara-sodara. Tapi ini sudah jauh lebih mendingan dari sebelumnya. Gak boleh piara kegaptekan kalau terjun ke dunia blogging, kecuali ada teman baik yang selalu membantu *colekin satu-satu, tapi no mention ah*

8.     8. Meskipun blogger termasuk self employee, tapi biasanya blogger tergabung dalam komunitas terntentu. Nah, disini ada etika dan nilai yang harus dijaga. Sama seperti di perusahaan, seperti nggak saling rebut job (walaupun ini mah rada-rada mustahil, tapi eeh sapa tau ada), nggak copy paste kerjaan orang, nggak banding-bandingin pendapatan dari job review, dan nggak nyinyir. Pokoknya jangan melakukan sesuatu yang bikin blogger lain baper lah.

Terhadap klien, blogger juga harus jaga nama baik brand yang dibawanya. Gak boleh jelek-jelekin dan banding-bandingin brand yang satu dengan yang lain di medsos, gak boleh mencemarkan nama baik, dan sejenisnya.

1.     9. Update ilmu dan bahasaa kekinian. Biarpun dengan aturan yang sesuai EYD, gaya bahasa menulis di blog memang bebas kok. Mau pake banyak bahasa serapan juga boleh. Mau pake bahasa gaul nan kekinian juga boleh banget. Malah saya cederung suka baca tulisan yang gayanya kekinian banget. Coba deh baca blognya Dani Rachmat atau Langit Amaravati. Asyik banget bacanya. Jadi blogger memang harus kekinian, makanya jangan bosen baca dan blogwalking.

2.     10. Nggak pelit ilmu. Intinya blogging kan share ilmu ya. Harus rajin deh share ilmu tiap abis ikut seminar, event atau bahkan sekedar nonton film dan baca buku.

Yah, gitu deh. Ternyata nggak mudah bro and sis buat jadi blogger profesional. Harus mendaki gunung lagi, nih. Perjalanannya lumayan panjang dan banyak hambatan yang nggak terduga.

Kalau dipikir-pikir, satu dekade lalu profesi blogger nyaris nggak terdengar ya. Belum naik daun seperti sekarang. Ternyata, orang-orang yang saat ini udah jadi pro-blogger, lagi menyusun strategi dan memulai monetizing blognya mungkin.

Jadi kalau pemula seperti saya, yaa harus tekun n bersabar ya. Nikmatin jatuh bangunnya.

No pain no gain, kalau kata orang sono mah.

                                                                                                      Tangerang Selatan, 1 Desember 2015


No comments

Show me that you visited this blog. Thanks!