Ketika kami tiba di Emerald, rumah yang sedianya akan kami tempati ternyata belum siap. Penghuni sebelumnya belum beres pindahan. Jadi kami harus menunggu dengan tinggal di sebuah kabin untuk sementara. Nama kabin itu adalah Emerald Cabin & Caravan Village. Sebuah penginapan yang berbentuk kabin dan juga menyediakan area luas bagi traveler yang memiliki karavan untuk stay di sana.
Cukup lama kami tinggal di kabin tersebut, sekitar 2 bulan. Alhamdulillah isi kabinnya cukup lengkap, ada 1 double bed untuk saya dan suami, juga ada junk bed untuk anak-anak. Dilengkapi pantry dan meja makan dengan 4 kursi. Ada kamar mandi juga tentunya. Pas untuk kami berempat.
Ketika kami tiba di Aussie, saat itu masih akhir masa liburan sekolah. Jadi anak-anak masih punya waktu untuk menyesuaikan diri dengan keadaan. Karena saat baru saja tiba, jujur, dalam urusan makanan saja susah sekali penyesuaiannya. Naufal cenderung adaptif, bisa makan roti dan biskuit-biskuit. Sedangkan buat Kayyisha, dia nggak bisa makan roti dalam porsi besar. Sementara badannya lelah, jadi dia lemes tidak bisa bangkit.
Dia baru benar-benar punya tenaga setelah makan satu porsi Indomie goreng. Alhamdulillah kami menemukan indomie di supermarket yang jadi penyelamat kami. Jadilah dalam sehari itu, kami hanya makan indomie dan telur. Sambil pelan-pelan mencoba cari bahan makanan untuk dimasak sesuai dengan lidah Indonesia kami.
Masyaallah. Dalam kegalauan itu, sempat saya berpikir, "Kita jauh-jauh ke negeri orang begini, mau ngapain sebenernya? Di tanah air segala lebih mudah. Jajanan tersebar, warung makan banyak. Semuanya sesuai selera kita." Kami pindah ke kota kecil pula. Dan sebagaimana kota-kota di Australia, memang pedagang makanan hanya ada di cafe, resto atau supermarket. Tidak ada streetfood selayaknya di negara-negara Asia.
Hari Pertama Naufal Sekolah
Sebelum memulai sekolah, Naufal sempat mengikuti masa orientasi selama sehari. Melihat-lihat kelasnya, kenalan dengan guru dan kepala sekolah. Ada yang lucu, yaitu ketika pertama bertemu kepala sekolah, yaitu Mr. Hunt, Naufal refleks cium tangan yang disambut awkward oleh pak kepsek. Alhamdulillah di sekolah itu ada seorang guru asal Indonesia yang mengajar seni dan Bahasa Indonesia. Beliau menemani kami dan menjelaskan bahwa begitulah budaya Indonesia yang selalu cium tangan ketika bertemu orang yang dihormati.
Naufal masuk di kelas 2, guru kelasnya bernama Mrs. Walsh, seorang perempuan usia 30an yang banyak senyum, berambut pirang dan lumayan tinggi. Beliau kelihatannya sangat disukai murid-muridnya. Alhamdulillah, Naufal juga kemudian suka sekali dengan Mrs. Walsh.
Seragam yang dipakai Naufal adalah T-shirt berwarna maroon, berkerah dengan logo Denison State School di dada kirinya. Celananya pendek, karena saat itu sedang musim panas. Namun untuk bekal musim dingin nanti, anak-anak sudah dibekali jaket berwarna sama dan celana panjang hitam.
Untuk perempuannya, memakai rok pendek hitam.
Kayyisha yang saat itu baru berusia 3,5 tahun, belum sekolah. Dia baru kemudian saya daftarkan di sebuah Kindy 6 bulan kemudian.
![]() |
hari pertama Naufal masuk Denison State School |
Hari Pertama Kayyisha Masuk Kindy
Surprisingly, Kayyisha mudah banget beradaptasi di sekolah barunya. Dia yang belum bisa bahasa Inggris sama sekali ketika masuk, memang tidak banyak bicara. Sepertinya dia lebih banyak menyimak guru dan teman-temannya.
Dan luar biasanya, dalam waktu empat bulan, Kayyisha langsung cas cis cus dengan bahasa Inggris dan lupa dengan Bahasa Indonesia. Ajaib banget....padahal di rumah, kami masih campur-campur bicara Bahasa Indonesia sambil membiasakan juga bahasa Inggris agar makin lancar.
Kayyisha sekolahnya tidak jauh dari rumah, dari pagi hingga sore. Di sekolah, aktivitasnya kebanyakan bermain, bernyanyi, makan bersama, membuat prakarya dan tidur siang.
Kayyisha saat perform di sekolah bersama teman sekelas |
Jadwal Sekolah yang Asyik
Anak-anak masuk sekolah pada pukul 08.30. Lonceng pertama berbunyi untuk menyilakan anak-anak masuk kelas, menaruh tas dan menyiapkan diri dengan peralatan masing-masing. Lonceng kedua berbunyi pukul 09.00 pertanda waktu belajar dimulai. Yang pertama mereka lakukan adalah ice breaking, dengan permainan-permainan ringan. Ini dilakukan di semua level kelas, baik murid-murid kelas kecil maupun yang sudah kelas 7.
Setelah itu ada morning snack. Anak-anak dibekali makanan untuk morning snack ini berupa makanan ringan dan buah-buahan. Naufal dan Kayyisha biasanya membawa biskuit, yogurt dan buah-buahan. Setelah itu baru sesi belajar.
Ada kali istirahat di siang harinya, yaitu untuk sesi first lunch dan second lunch. Mereka biasa membagi dua bekal makan siangnya untuk dimakan di dua sesi istirahat tersebut. Kalau dipikir-pikir, banyak banget ya waktu makan mereka.
Lalu anak-anak selesai sekolah pukul 15.00. Mereka pulang ada yang dijemput orangtua masing-masing, naik bus sekolah, ataupun berjalan sendiri bagi yang rumahnya dekat. Yang pasti, di jalan anak-anak tidak perlu khawatir dengan keamanan. Karena hampir tidak ada kriminalitas yang pernah saya dengar selama tinggal di Emerald.
Kota kecil ini sangat ramah dan nyaman bagi siapa saja.
Kayyisha sekolah di Kindy selama sekitar 6 bulan saja, lalu di tahun ajaran berikutnya dia menyusul Naufal di Denison State School, masuk di Prep Class, kelas setara TK di Indonesia ketika usianya 5 tahun kurang.
Masa-masa sekolah ini sangat menyenangkan buat anak-anak dan meninggalkan kenangan indah sebelum mereka kemudian menjalani homeschool ketika pindah kembali ke Indonesia.
Naufal dan teman sekelasnya di kelas 3 |
No comments
Show me that you visited this blog. Thanks!