Wisata Kuliner ala Tiga Manula


Traveling menapaktilasi jejak Tiga Manula, Liem, Sanip dan Waluyo, kami lakukan 6 tahun. Nggak terasa, waktu lama berlalu. Apalagi pandemi membuat waktu terasa cepat seakan melewati fase "blips"-nya Thanos. 

Enam tahun lalu, kami ikut satu event camping keluarga praktisi homeschooling di Salatiga, yang kami padukan dengan road trip keluarga di area Jawa Tengah menyusuri Jalan Pantura lama. 

Di catatan sebelumnya, saya menuliskan catatan perjalanan kami di hari pertama, mulai dari Jakarta sampai Cirebon. Hari selanjutnya, kami melanjutkan perjalanan dari Cirebon ke Salatiga menuju ke lokasi camping. 

Namun saya akan melewati cerita selama camping, karena sebagian besarnya saya lupa dan tidak mempunyai dokumentasinya. Saya akan langsung saja menceritakan kisah wisata kuliner kami di Jawa Tengah mengikuti kisah Tiga Manula Jalan-jalan ke Pantura dan Tiga Manula Jalan-jalan ke Selatan Jawa. 

Langsung aja yuk, berikut ini adalah beberapa catatan kuliner yang berhasil kami lewati selama perjalanan selama satu pekan lebih keliling Jawa Tengah dan Yogyakarta. 


CIREBON

Kami singgah di Cirebon hanya sebentar. Kuliner pertama yang kami singgahi pastinya makanan iconic yang terkenal yaitu NASI JAMBLANG MANG DUL, yang berlokasi di Jl. Dr. Cipto Mangunkusumo, Cirebon. Satu lokasi kuliner yang terbilang sederhana, tidak punya area parkir yang dekat dengan lokasi. Kami harus mencari parkir agak jauh dan sulit, saat itu. Entah sekarang ya, mungkin sudah disediakan lahan kosong khusus untuk parkir pertokoan di sekitarnya juga. 

Nasi Jamblang yang dimakan oleh Tiga Manula, sepertinya berbeda. Tapi isinya pastinya sama, berupa nasi yang dibungkus dua lembar daun jati. Porsi nasinya sangat kecil. Kalau ukuran perut saya, saya perlu mengambil 2-3 bungkus. Kalau porsi anak saya, perlu makan 5-6 bungkus. 

Lauk yang disediakan sangat banyak macamnya. Mulai dari protein, sayuran, gorengan, tumisan, segala macem sate, bacem dan sebagainya. Bikin kalap. Minumnya yang enak itu, es teh. 

Tidak hanya mencari kuliner, kami juga mampir ke area kerajinan batik. Toko batik yang terkenal adalah Batik Trusmi. Menurut Tiga Manula, corak batik khas Cirebon bernama Mega Mendung, yaitu bentuk awan yang memiliki spiral di tengahnya. Jadi kalau kita lihat batik yang memiliki corak awan, sudah dipastikan itu adalah BATIK MEGA MENDUNG Khas Cirebon. 

Di sini, anak-anak juga sempat belajar membatik dari pengrajin lokal. 


KUNINGAN

Saat itu  kami tidak melewati Kuningan. Tapi kami pernah kesana beberapa tahun sebelumnya. Trio Manula mencatat area ini yaitu OBYEK WISATA CIBULAN, dimana kita bisa berenang di sebuah kolam renang yang besar, bersama ikan-ikan. Ya, bareng ikan. 

Agak-agak gimana sih emang. 


BREBES

Di Brebes, nggak sulit mencari makanan khasnya, karena semua terjaja di pinggir jalan. Banyak sekali penjual TELUR ASIN yang terpajang di etalase-etalase yang ada di depan rumah penduduk. Cukup beli satu kotak buat percobaan. Karena biasanya telur asin itu nggak cepat habis dimakan. Awet bener di kulkas. 

Produk khas Brebes berikutnya adalah BAWANG MERAH. Di Jabodetabek mulai banyak orang menjual bawang Brebes, yang konon memang diimpor dari kota aslinya. Entah benar atau nggak, saya kurang paham. Saya sendiri belum pernah beli bawang Brebes di pasar dekat rumah. Ketika melewati Kota Brebes, kami beli satu ikat besar bawang dan lumayan awet selama lebih dari sebulan, karena banyak. 

Bedanya bawang Brebes dengan bawang lain pada umumnya adalah, ukurannya lebih kecil-kecil sehingga melelahkan ngupasnya, hahaha. Dan pedes banget ke mata kita. Tapi bawang ini memang paling renyah dan gurih untuk dibuat bawang goreng. Saya sih lebih pilih beli bawang goreng Brebes yang sudah jadi aja lah. 


TEGAL

Bukan kuliner yang dicari anak-anak di tempat ini, melainkan toilet. Di sini ada satu area bernama 67 TOILET BERSIH yang memperoleh Rekor MURI, sehingga terkenal. Seberapa bersih? Ya lumayan lah. Kalau saat ini sih, toilet-toilet umum lain di sekitar kita sudah lumayan bersih juga ya, karena mereka memiliki petugas khusus. Mungkin semuanya itu meniru kebersihan toilet di SPBU MURI ini. 


PEKALONGAN

Di kota ini, kami hanya mampir sebentar di sebuah pasar yang nggak terlalu besar untuk melihat-lihat batik dan membeli beberapa buah baju batik sebagai oleh-oleh. Nggak sempat mencicipi makanannya karena bukan saat waktu makan, dan kami ingin bersegera menuju ke kota berikutnya.

Satu tempat yang sangat ingin dilewati oleh anak-anak karena mengikuti panduan di buku Tiga Manula adalah ALAS ROBAN. Jalanan yang terkenal angker dan rawan kecelakaan. Alhamdulillah, kami aman saja melewatinya. Anak-anak coba mencari barangkali ketemu penampakan JURU KUNCI Alas Roban, alhamdulillah gak ada. Hahaha. Saya lega, anak-anak kecewa. Mereka kok pengin banget sih lihat yang ghoib-ghoib macam itu, aneh. 


SEMARANG

Yay, sampai juga di kota ini. 

Sebetulnya, kami sampai di Semarang justru seusai camping di Salatiga. Kami menginap di sebuah penginapan cantik bernama Djajanti Guest House. Di Semarang, kami sempat mencoba wisata kuliner JAJANAN SIMPANG LIMA dan mengunjungi LAWANG SEWU dan MUSEUM KERETA API. 


YOGYAKARTA

Boleh percaya boleh nggak. Kami sengaja mampir ke area DIY Yogyakarta hanya untuk menemukan penjual SATE KLATHAK dan JADAH TEMPE. Setelah itu pulang. Di perjalanan pulang, sebelum masuk tol Brexit - ya kali ini kita ambil jalur tol supaya cepat - kami sempat makan siang dengan menu TENGKLENG di Brebes, kalau tidak salah. Makanan yang membagongkan buat saya karena rasanya manis. Tapi belum lama ini saya justru ketemu Tengkleng enak di Bintaro yang rasanya diterima karena kadar manisnya nggak berlebihan. 

Alhamdulillah, perjalanan delapan hari kami mengelilingi Jawa Tengah usai, selamat kembali sampai ke rumah. Dan kenapa saya melanjutkan catatan ini sekarang, karena insyaallah bulan depan kami akan kembali keliling Jawa Tengah. Mengulang perjalanan namun coba menyusuri area yang belum pernah kami singgahi sebelumnya. 

No comments

Show me that you visited this blog. Thanks!