Persahabatan dan pengkhianatan. Dua hal yang sering kali berjalan beriringan. Dalam cerita drama atau film, kisah pengkhianatan atas persahabatan mempunyai daya tarik cerita. Kisah cinta segitiga antara sahabat, selalu meninggalkan luka. Mengajak kita pada keberpihakan.
Siapa yang kita bela? Apakah pengkhianatnya?
Kisah persahabatan antara Jeong So Yul dan Seo Yeon Hee yang dibangun sejak mereka anak-anak, memang indah. Berbagi mimpi, berbagi rasa dan kehidupan bersama hingga mereka dewasa tampak tanpa cela. Kedua wanita ini adalah tokoh utama dalam film Love, Lies yang akan saya ceritakan dalam tulisan ini.
Jeong So Yul adalah putri seorang Gisaeng, seniman
tradisional Korea Selatan yang terkenal di masanya. Bakat ini diterima So Yul
sehingga dia pun berhasil lolos menjadi Gisaeng terhormat. So Yul hidup di masa
pendudukan Jepang di Korea Selatan, yang menjatuhkan Dinasti Jeoson, dinasti
Korea terakhir.
Seo Yeon Hee, yang datang ke kehidupan So Yul setelah dijual
oleh ayahnya kepada tempat pendidikan gisaeng (Gwonbeon), dan di sanalah
keduanya tinggal dan tumbuh menjadi penyanyi jeongga, lagu klasik Korea yang
secara khusus diperdengarkan kepada para pejabat.
Saya tertarik dengan setting dimana kehidupan keduanya
berjalan. Saya pernah menonton film Geisha, yang dimainkan oleh Michelle Yeoh.
Mirip sekali. Sepertinya kedua film ini berada di tahun yang sama.
Jepang menjajah Korea sejak tahun 1910 sampai 1945. Korea
Selatan merdeka bersamaan dengan kemerdekaan Indonesia. Karena di tahun 1945
itu Jepang memang mengalami keruntuhan akibat pengeboman Hiroshima Nagasaki
oleh Sekutu Barat yang ingin menghancurkan Jepang.
Melihat setting kehidupan pada masa itu sungguh berbeda
dengan setting drama Saeguk yang biasa saya lihat, dimana busana wanita Korea
yang masih menggunakan hanbok namun banyak dipengaruhi kultur Jepang, sehingga
menggunakan warna bunga-bunga seperti kimono. Wanita-wanita yang terkait dengan
bangsa Jepang sudah menggunakan busana modern ala abad ke-20. Gaun dan tatanan
rambutnya ala Eropa.
Kembali ke persahabatan So Yul dan Yeon Hee, saking dekatnya
mereka berjanji akan tetap bersama dan terus menjadi gisaeng.
Saya tidak ingin menceritakan kisah ini secara detil. Saya
ingin menggarisbawahi kehidupan cinta, dusta, selingkuh, telikung, balas
dendam, penderitaan dan nafsu manusia yang menjadi nafas film ini.
So Yul memiliki kekasih bernama Kim Yoon Wu. Kisah cinta yang berawal dari persahabatan, hangat dan sederhana. Namun terasa sekali cinta mereka platonis. Meski demikian, Yoon Wu berjanji akan memberikan hidupnya untuk So Yul, mereka akan menikah 2 tahun lagi. So Yul percaya pada janji Yoon Wu, pun dia percaya pada Yeon Hee sahabatnya. Entah kenapa, saya selalu tidak menyarankan memperkenalkan sahabat wanita kita kepada pasangan, apalagi sering-sering mengajak bertemu bersama.
Yoon Wu adalah seorang musisi pencipta lagu pop bagi artis
terkenal bernama Lee Nan Yeong. Sementara So Yul dan Yeon Hee adalah penyanyi
jeongga. Namun tanpa diketahui So Yul, Yoon Wu dan Nan Yeong merekrut Yeon Hee
untuk menjadi penyanyi pop. Tentu alasannya karena karakter suara Yeon Hee
lebih cocok membawakan lagunya Yoon Wu.
Sekilas, kita bisa menebak alurnya, bahwa Yoon Wu dan Yeon
Hee yang terlibat kerjasama ini akhirnya saling tertarik. Namun tidak seperti
di film barat, yang romantismenya seringkali instan, ciri khas film Korea
selalu menampilkan proses tumbuhnya rasa cinta yang perlahan.
Yoon Wu memang awalnya hanya tertarik dengan suara Yeon Hee.
Ketika So Yul cemburu, dia meyakinkan kekasihnya bahwa tidak akan ada cinta
lain di hatinya. Namun setelah proses berkerja bersama, Yoon Wu tiba-tiba
merasakan ada yang berbeda dengan hatinya, ketika So Yul dan Yeon Hee bernyanyi
bersama. Kedua wanita ini berdiri bersama di panggung, menyanyikan lagu yang
sama bahkan sambil berpegangan tangan. Pandangannya berganti-ganti pada kedua
wanita itu, lalu ada degup yang berbeda yang dia rasakan pada Yeon Hee, yang
tidak dia rasakan pada So Yul.
Dari sini lah saya menebak bahwa yang Yoon Wu rasakan pada
So Yul adalah cinta platonis. Dan dia lebih merasakah debaran yang kuat pada
Yeon Hee. Apalagi Yeon Hee langsung merespons dengan gairah yang sama.
Sayangnya, saat itulah So Yul menyaksikan mereka berdua.
Saya berhenti menonton di momen ini. Karena saya benci
perselingkuhan dan saya nggak sanggup membayangkan perasaan So Yul yang
dikhianati sahabat dan kekasihnya. Namun ternyata, cerita sebenarnya berawal
dari sini.
Saya menduga, So Yul akan berlarut-larut ada dalam
kesedihan. Merana dan menderita. Namun ternyata dia adalah wanita yang kuat.
Kita semua tahu, setiap manusia sejatinya mempunyai dua sisi karakter. Selalu ada sisi baik dan buruk dalam diri kita. Namun, perjalanan kehidupan menentukan karakter mana yang ingin selalu kita tampilkan. Keadaan yang ekstrim, bisa saja membuat seseorang mengeluarkan karakter buruknya, meskipun selama hidupnya dia selalu berbuat baik.
Ini yang terjadi pada So Yul. Dia tidak mau bersedih terlalu
lama. Sebaliknya, dia merasa harus menjatuhkan orang yang melukainya dan
menunjukkan dirinya tidak bisa dikalahkan. Dia membalaskan sakit hatinya
melalui kekuatan yang dimilikinya, yaitu menyanyi.
Kemampuan Yeon Hee dalam menyanyikan lagu modern memang
lebih baik daripada So Yul, sehingga album yang mereka buat bersama Yoon Wu sukses
besar. Di sinilah So Yul ingin membalas kesuksesan Yeon Hee dengan mengambil
jalur singkat melalui pejabat Jepang yang memang tertarik padanya. Dia yang awalnya
menolak si pejabat Jepang mati-matian, kini malah menawarkan diri untuk menjadi
wanita simpanannya dengan syarat dia mengambil alih produser yang sebelumnya
bekerja dengan Yeon Hee.
Namun memang keberuntungan tidak berpihak padanya. Albumnya
tidak laris.
So Yul semakin berani melakukan segala cara untuk
menjatuhkan Yeon Hee dan Yoon Wu. Meski dia sangat membenci perbuatan Yeon Hee,
namun So Yul tidak bisa menghindari perasaannya bahwa dia masih menyayangi sahabatnya.
Hingga ketika sahabatnya itu terbunuh tentara Jepang akibat jebakannya juga, So
Yul putus asa. Dia semakin putus asa, ketika menyadari fakta Yoon Wu sangat
membencinya dan akhirnya bunuh diri karena kehilangan Yeon Hee.
Perjalanan So Yul masih panjang. Dia masih hidup di masa
kemerdekaan di usia senjanya. Catatan masa lalu yang ditinggalkan Yeon Hee
tidak serta merta hilang, meski So Yul berusaha menghilangkannya. Sakit hati
atas pengkhianatan sahabat dan kekasihnya mungkin sudah terkikis oleh waktu.
Namun ambisi So Yul tidak begitu saja hilang untuk menjadi penyanyi terkenal,
meski dia tak lagi muda. Begitulah sejarah membawa dia harus berjuang merebut terus
impiannya sampai akhir.
Yang menarik dari film ini sehingga saya sangat ingin menontonnya
berulang-ulang, bahkan sampai menulis reviewnya adalah karena kisah
pengkhianatan yang dilakukan Yoon Wu terasa sangat menyakitkan. Sangat sangat
menyakitkan.
Ada lagu Indonesia yang sering terdengar di radio setiap
saya berkendara, yang liriknya begini:
“Kucinta padamu, namun kau milik sahabatku. Dilema.
Hatiku, andai kubisa berkata sejujurnya.
Jangan, kau pilih dia. Pilihlah aku, yang mampu mencintamu,
lebih dari dia.
Bukan kuingin merebutmu dari sahabatku.
Namun kau tahu, cinta tak bisa. Tak bisa kau salahkan.”
Lagu ini seperti menggambarkan apa yang ada di pikiran Yeon
Hee, bahwa cinta datang padanya tanpa izin. Artinya, cinta itu miliknya,
terlepas dari siapapun yang dia cintai. Tidak peduli, orang itu sudah punya
kekasih. Terlebih kekasihnya adalah sahabatnya.
Saya seolah punya empati terhadap So Yul yang begitu terluka
karena pengkhianatan dan kadang merasa dia berhak melakukan balas dendam. Ya, So
Yul melakukan balas dendam dan ternyata tidak berhasil. Dia tidak berhasil
memisahkan keduanya dan mendapatkan Yoon Wu kembali. Sebaliknya, dia malah harus
kehilangan Yeon Hee karena terbunuh tentara Jepang dan kehilangan Yoon Wu tidak
hanya fisiknya, namun juga seluruh hatinya. Di akhir, Yoon Wu sangat membenci So
Yul yang telah merebut Yeon Hee darinya. Hingga Yoon Wu bunuh diri.
Kegagalan besar lainnya adalah, dia harus menerima fakta
bahwa bertahun-tahun setelah kematian Yeon Hee, nama besarnya tidak pernah
mati. Seluruh albumnya hilang tidak bersisa, namun siapa yang bisa
menghilangkan kesan di hati para penggemar. Para penggemar Yeon Hee terus
menghidupkan namanya.
Saya semakin sedih membayangkan ada di posisi So Yul. Dan
mengambil pelajaran, bahwa keburukan tidak harus dibalas dengan keburukan.
Kenyataan pahit memang ada dalam hidup, namun kita harus move on menjalani
hidup kita dengan bahagia. Kita harus mencari kebahagiaan kita dengan
menjauhkan diri dari mereka yang telah menyakiti kita.
No comments
Show me that you visited this blog. Thanks!