The Power of Belief


Apakah kamu percaya pada kekuatan keyakinan? Tentu harus percaya. Kenapa?

Karena bagaimana mungkin kita tahu kalau Allah menciptakan kita, kalau kita nggak punya keyakinan akan kekuasaan Allah atas penciptaan makhluk. 

Berbekal yakin ini, kita kemudian sanggup merelakan nasib kita pada Allah, seolah-olah Allah adalah tali penyangga hidup kita. Padahal kita belum pernah bertemu dengan-Nya, belum pernah kita lihat, sentuh atau dengar suaranya secara langsung. 

Keyakinan adalah kekuatan manusia secara spiritual. Tidak seperti kaum atheis yang lebih percaya pada hal-hal yang jelas di hadapan mereka. Bahkan menyatakan bahwa orang-orang yang beragama telah menggunakan kekuatan pikiran mereka untuk menciptakan bentuk tuhan di kepalanya, padahal menurut mereka tuhan itu tidak pernah ada. Seolah tuhan adalah rekayasa pikiran manusia. 

Persetan dengan pemikiran atheis, kenyataannya keyakinan akan kehadiran Allah adalah energi terbesar dalam kehidupan manusia beragama. Karena yakin hidup diatur oleh Allah, rezeki diberi jatah oleh Allah, takdir baik dan buruk adalah ketetapan Allah, kita bisa bebas merdeka memilih jalan hidup tanpa takut miskin, takut kalah, bahkan takut mati. 

Kita bebas menjalani hidup terbaik, dengan satu tujuan sederhana. membuat Allah suka dengan aktivitas kita. Sisanya biarlah hak Allah yang menentukan akhirnya. 

Keyakinan itu membebaskan. Keyakinan itu menguatkan. Keyakinan bukan jalan pintas, tapi core value dalam jiwa. 

Dalam praktik keseharian, saya sedang membangun keyakinan atas konsep rezeki dan husnul khatimah, harus diawali dengan niat melakukan kebaikan karena membantu agama Allah. 

ÙŠَٰٓØ£َÙŠُّÙ‡َا ٱلَّذِينَ Ø¡َامَÙ†ُÙˆٓا۟ Ø¥ِÙ† تَنصُرُوا۟ ٱللَّÙ‡َ ÙŠَنصُرْÙƒُÙ…ْ ÙˆَÙŠُØ«َبِّتْ Ø£َÙ‚ْدَامَÙƒُÙ…ْ

"Hai orang-orang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah niscaya Allah akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." QS Muhammad, ayat 7

Yakin tentang keberadaan Allah, seharusnya juga membuat kita yakin dengan seluruh takdirnya, termasuk takdir tentang rezeki. Bahwa rezeki bukanlah sepenuhnya karena kita sudah bekerja keras, tapi karena Allah memberi reward atas ikhtiar kita. Jadi jumlahnya terserah Allah, bukan hak kita mengatur sedikit atau banyaknya. 

Bicara tentang rezeki, pernah saya berada dalam kondisi penuh kekhawatiran rezeki tidak cukup, gara-gara saat itu banyak sekali pengeluaran yang harus dikeluarkan. Saya bilang pada Allah, saya nggak suka ada di posisi ini. Saya nggak suka punya perasaan khawatir rezeki akan dapat sedikit. Saya cuma ingin berkegiatan dengan santai (maksudnya bukan kerjanya yang santai, namun terbebas dari rasa khawatir tentang rezeki) supaya saya fokusnya pada kualitas pekerjaan saya. Saya ngga ingin memedulikan besaran rezeki yang saya dapat, karena itu urusan Allah. 

Masa-masa itu terasa berat buat saya. Bukan karena jumlah uang yang sedikit. Tapi karena saya menyimpan rasa khawatir tentang rezeki. Kok bisa-bisanya saya takut. 

Manusiawi kah? Mungkin iya. 

Tapi kok saya seperti meragukan Allah ya. Padahal Allah pasti akan mencukupkan rezeki kita, asal kita ikhtiar sesuai yang Allah ridhoi dan terus meminta pertolongan-Nya. 

Kembali ke masalah keyakinan ini. Ternyata ketika kita yakin, Allah akan mencukupkan rezeki kita, maka rezeki itu memang akan cukup. Bahkan berlebih. Dan setelah saya kembali memperbaiki keyakinan dan menghapus keraguan, masyaallah tabarakallah hingga saat ini, Allah cukupkan rezeki buat kami. Alhamdulillahibini'matihittatimush shalihaat. 

Yakin, adalah kuncinya. 


No comments

Show me that you visited this blog. Thanks!