Good Bye Dentistry, Welcome Back Dentistry

dalam perjalanan ke Australia

Melanjutkan cerita sebelumnya, kalau belum baca silakan klik link ini: Sebuah Fase Hidup (2).

Tahun 2012, saya dan keluarga meninggalkan Indonesia. Di saat itu juga, saya meninggalkan profesi yang sudah dijalani selama 7,5 tahun. Bukan perjalanan yang sebentar. Buat sebagian orang, bisa jadi ini adalah impian mereka. Tapi saat itu saya bahagia meninggalkan profesi ini. Jenuh. Lelah. Bosan. 

Sebuah Fase Hidup (2): Finding New Mountain

Pindahan ke rumah baru di Kalimantan Selatan

Sebelum memulai cerita ini, saya ingin merefleksikan diri saya. Beberapa fase hidup yang dimulai sejak saya pertama kali melangkahkan kaki ke luar "rumah'. Rumah yang saya maksud adalah area tempat saya tinggal, yaitu Jabodetabek dan Jawa Barat. Sejak lahir sampai usia 30 tahun, perjalanan terjauh saya adalah area Jawa Barat, yaitu Cirebon. Kaki ini belum pernah menjejak lebih jauh. 

Sebuah Fase Hidup: How I Grow Recently


Dulu, di masa kuliah, saya dan beberapa pengurus BEM kampus mengikuti leadership training. Dalam salah satu sesinya, kami melakukan refleksi diri. Saat itu acaranya bernama auto critics. Dimana masing-masing dari kita saling menuliskan hal-hal baik dan kurang baik untuk dijadikan refleksi. Tidak boleh ada rasa tersinggung atau marah, karena ini merupakan perasaan terdalam satu sama lain.

Salah seorang teman mengatakan satu hal yang membuat satu pengingat besar bahkan hingga hari ini. Saya benar-benar berkaca diri dari hal itu. Dia bilang kalau saya itu PELIT. 

Persiapan Kuliah di Jepang


Kisah perjalanan Naufal dalam memilih pendidikan akhir penuh lika-liku. Semua tidak dimulai sejak dia berada di kelas akhir usia SMA, namun sudah dimulai sejak memasuki jenjang SMA. 

Di awal-awal, karena saat itu memang masih masa pandemi, kami belum intens mendaftarkan Naufal di PKBM. Meskipun kami sudah ada target, PKBM mana yang akan dipilih, yaitu Rumah Belajar Berkemas.

The Power of Belief


Apakah kamu percaya pada kekuatan keyakinan? Tentu harus percaya. Kenapa?

Karena bagaimana mungkin kita tahu kalau Allah menciptakan kita, kalau kita nggak punya keyakinan akan kekuasaan Allah atas penciptaan makhluk. 

Berbekal yakin ini, kita kemudian sanggup merelakan nasib kita pada Allah, seolah-olah Allah adalah tali penyangga hidup kita. Padahal kita belum pernah bertemu dengan-Nya, belum pernah kita lihat, sentuh atau dengar suaranya secara langsung. 

Resolusi Pribadi di Tahun 2025



Sudah bulan April, semoga belum terlambat untuk menyusun resolusi. Karena target yang saya buat ini sebetulnya bukan target tahunan, melainkan target tanpa batas sepanjang usia saya dalam hidup. 

Kembali menulis rutin sepertinya termasuk juga dalam resolusi ini, karena saya lama sekali nggak menulis. Selama ini, isi kepala saya banyak berlompatan. Kondisi yang kurang bagus, karena kadang saya lupa apa yang pernah dipikirkan sebelumnya. 

Usia Paruh Baya, Tidak Bisa Produktif?


Adalah hal biasa di masyarakat Indonesia, dimana wanita setelah menikah dan mempunyai anak, kemudian menarik diri dari dunia kerja dan fokus dengan keluarga. Termasuk saya, yang sempat resign dari profesi untuk fokus mengurus anak-anak di dunia homeschooling mereka. 

Kondisi ini banyak terjadi di separuh masyarakat urban. Selepas kuliah sempat mencicipi menjadi wanita karir, kemudian karena pilihan sendiri ataupun kesepakatan dengan suami, memilih untuk menjadi full time mom, mengurus rumah tangga. 

Melepas Naufal ke Jepang


Apakah momen paling mellow yang terjadi dalam kehidupan seorang ibu? Banyak jawabannya. Mungkin ada yang menjawab, ketika melahirkan. Atau ketika anaknya wisuda kelulusan. Bahkan mungkin ada yang menjawab ketika anaknya menikah. 

Selalu ada momen yang membuat seorang ibu tiba-tiba mellow. Ngga bisa dipilih mana yang paling tinggi level ke-mellow-annya, karena kesan di tiap kejadian pasti berbeda.